Jumat, 19 Agustus 2016

Ketika kau tidak ada...

Sebelum kamu memutuskan untuk tidak ada, aku sedang merindukanmu. Sebelum kamu memutuskan untuk melepaskan ikatan ini, aku sudah merindukanmu lebih dulu. Dan sekarang ketika kamu tidak ada, aku merindukanmu. Aku rindu kehadiranmu, tawa kita, pembicaraan ngelantur kita, tingkah konyol kita bahkan keseriusan kita merancang yang indah-indah. Pertanyaan yang selalu mengejarku dalam beberapa jam terakhir ini, apakah kamu juga sama sepertiku? ataukah hanya aku yang lancang sudah berani merindukanmu dan menuliskan ini untukmu?

Kita memang selalu terhalang jarak, sekarang pun sepertinya jarak itu semakin panjang dan membuat kita semakin jauh. Keberadaanmu tidak lagi ku ketahui, aktivitasmu tidak lagi muncul dalam notifikasi ponselku, suaramu tidak lagi hinggap diujung telepon kita. Kita mematung, kita memilih diam dan aku disini belum tau harus melakukan apa. Aku masih belum paham, apakah kalimat yang tempo hari kamu nyatakan itu benar adanya atau hanya sebagai guyonan. Ketidakpahamanku ini jelas membuat langkahku semakin tertahan, antara mengikhlaskan atau tidak. Yang pasti aku tau bahwa kita sudah berdiam selama berpuluh-puluh jam, tak ada kabar ataupun sapa basa-basi. 

Bagaimana? Bagaimana kabarmu di tigapuluhempatjam ini? Apakah hatimu sudah berubah? Apakah kamu sudah mulai tertarik dengan orang baru? Ataukah kamu masih merindukanku? Ah... pertanyaan macam ini. Jangan gubris pertanyaan terakhirku, karena jelas kamu takkan merindukanku bukan? Mungkin sekarang ini kamu masih tersulut emosi dan bahkan sedang berusaha melupakanku. Apakah benar? Apakah benar kamu sedang mencoba untuk melupakanku? Membuang kenangan kita selama hampir enam tahun ini? Jangan jawab apapun, aku tidak ingin mendengarnya. 

Sebenarnya ada hal yang ingin ku ceritakan padamu, mungkin ini akan menjadi hal yang bisa membuatmu tersenyum. Apakah kamu bisa tebak? Yap benar, ponsel yang ku pesan dua hari yang lalu sudah datang hari ini. Dan kamu tau? Ponselku ini difasilitasi dengan kamera yang bagus, yang artinya kita bisa video call-an bersama. Walau sebenarnya aku ini telat, buat apa kamera bagus karena mungkin sekarang kamu sudah tidak mau lagi mendengar suaraku bahkan melihat wajahku. 

Aku berhak berterimakasih dengan kesibukanku, karena berkat aktivitasku yang menggunung membuatku lepas dari angan tentangmu. Dan akupun selalu mengingatmu lagi ketika langit sudah mulai gelap. Aku kira dengan menonton film yang seru dan lucu bisa membuatku melupakanku, ternyata aku salah. Semakin aku mencoba melupakanmu, semakin bayang-bayangmu pekat dalam fikiranku.

Aku memang merindukanmu.
Masih merindukanmu.
Dan (mungkin) akan selalu merindukanmu.