Selasa, 21 Oktober 2014

Ini hanya beberapa dari banyaknya hal

Ada beberapa hal di masa lalu yang memang harus dilupakan dan ditinggalkan jauh. bukan hanya karena alasan agar tidak mengecewakan pasangan, tapi ini perkara hati yang sudah tidak berkenan menengok ke belakang. Aku hidup untuk masa depan.

Ada beberapa orang yang memang patut diberi jarak. Bukan karena persoalan sudah tidak ingin mengenal, hanya saja disepanjang perjalanan kita tau bahwa mereka hanya mencintai popularitas, kebahagiaan yang kita punya tanpa pernah selalu ada didalam duka kita.

Ada beberapa rasa yang memang harus disimpan sendiri. Bukan karena soal keterbukaan yang masih minim, tapi ini perkara tentang sebuah kadar pengertian. Diungkapkan pun belum tentu orang lain akan mengerti. Bahkan ada yang hanya ingin mencari tau tanpa pernah mencoba untuk memberi solusi.

Ini beberapa dari banyaknya hal yang terkadang tidak dipahami oleh kaum adam. Tidak akan pernah ada sikap emosional; sensitif jika tidak ada alasan yang rasional. Tapi selalu alasan itu ditapik dengan mudahnya. Secara tidak sengaja hal ini membuat kaum hawa menjadi sosok yang mandiri, yang seakan tidak lagi membutuhkan kehadirannya. Secara tidak langsung membuat hati kaum hawa sekuat baja, sehingga tidak membutuhkan usapan tangan walau hanya untuk sekedar menyeka air mata.

Sayangnya, arti berharganya seseorang akan disadari ketika hal terindah itu sudah menghentikan langkah untuk berjuang. Dan lebih memilih sendiri untuk melindungi hatinya agar tidak terluka lagi ditangan yang sama, pada orang yang salah.

Senin, 06 Oktober 2014

Yang sering terlupakan, seorang ayah juga bisa menangis

sayangnya ayah pada putrinya itu sepenuh jiwa | tak mampu dilukis atau diwakilkan kata-kata

bagi ayah, senyum putrinya itu penghapus murka dan letih lelah | airmata putrinya jadi siksa baginya dan sedih putrinya jadi musibah

seorang ayah punya sejuta impian untuk putrinya | walau harus mengorbankan dirinya dia selalu rela

bagi ayah pelukan ikhlas putrinya menyambutnya | bisa jadi lebih berarti dan lebih indah dari bahagia

tidakkah engkau lihat ayah saat menikahkan putrinya | di hadapan ramai bahkan ia tak dapat tahankan airmata

dipandanginya putrinya dalam-dalam dengan tatapan mengharu biru | terbayang jelas semua kenangan mulai putrinya lahir hingga saat itu

segala bentak dan tawa, segala bahagia dan kecewa, semuanya | mendadak terpampang jelas, melekat tak mau lepas, semuanya

bertahun-tahun ingatan itu menjadi satu, mendadak ayah sesalkan | tentang apa yang tak sempat ia lakukan, tentang apa yang ia lewatkan

dan saat itu dia menyadari dalam hidupnya sampai masa ini | tak ada pelepasan yang lebih berat melebihi hari ini

mungkin seorang ayah takkan pernah siap untuk menikahkan anaknya | takkan pernah siap untuk melepaskan bagian dari darah juga jiwanya

bila bukan karena perintah Allah dan sunnah Rasulullah | tentu selama-lamanya ia ingin bersama putrinya

tapi putrinya juga harus bercerita, harus berkeluarga | dan melaksanakan ajaran ayahnya dalam realita nyata

kini tangan lelaki lain yang diridhai putrinya sedang ia genggam | dan hati sang ayah masih gundah, matanya terpejam

yang ayahnya pikirkan | "akankah lelaki ini tepat bagi putriku? akankah ia bisa menjaga putriku sebagaimana aku?"

yang ayahnya pikirkan | "akankah lelaki ini memperlakukan putriku seperti aku? menyayanginya tanpa syarat, mengajarinya tanpa penat?"

yang ayahnya pikirkan | "akankah lelaki ini menyayangi putriku seperti aku? rela berkorban seperti aku pada putriku?"

yang ayahnya pikirkan | "adakah lelaki ini mencintai Allah diatas segala-galanya? adakah dia mampu mengawal putriku menuju surga Allah?"

seribu tanya berlanjut, dan mungkin tiada jawaban | sebagaimana kasih seorang ayah pada putrinya, yang mungkin takkan pernah terjelaskan

bila ada yang paling berhak untuk dimintai izin akan anaknya | maka yakinlah itu jelas ayahnya, pasti ayahnya!

Tulisan ini mengingatkan saya pada seorang laki-laki yang rela melewati badai hujan, terik matahari demi seorang putri yang dicintainya. Seorang laki-laki yang tidak pernah mengeluh apalagi menangis, yang dia tau bagaimana caranya agar keluarganya tetap bahagia meski ia harus berjuang mati-matian. Seorang laki-laki yang tidak pernah lelah menasehati putrinya. Seorang laki-laki yang tidak pernah lelah menatih putrinya hingga dia bisa berjalan dan berlari. Seorang laki-laki yang tidak pernah bosan menjawab setiap pertanyaan putrinya. Seorang laki-laki yang tidak pernah malu membanggakan putrinya didepan khalayak banyak. Saya tidak tau kekuatan lebih apa yang dia punya hingga dia bisa sebegitu kuatnya, sebegitu tegarnya dan sebegitu gagahnya. Sosok laki-laki yang saya temui diluar lingkungan itu tidak ada yang sama seperti laki-laki yang menjadi pahlawan saya; bahkan tidak akan pernah ada. Sosok laki-laki yang sudah berani saya cintai saat ini saja tidak akan pernah bisa menandingi pahlawan saya; pahlawan yang mengadzani saya saat saya pertama kali melihat dunia. Saya tidak akan pernah temui laki-laki seperti ayah lagi, yang bisa sebegitu berkorbannya untuk saya. Yang bisa sebegitu cintanya dengan saya. Yang bisa sebegitu hangatnya jika sudah berada didalam pelukannya. Yang tidak pernah sekalipun menyakiti saya, semarah apapun dia karena tingkah laku saya.

Setiap saya melihat seorang laki-laki berbadan tinggi dan berjalan gagah, saya selalu teringat ayah. Dalam hati, “jika ayah masih ada disini, mungkin ayah masih segagah orang itu. mungkin rambut ayah sudah mulai memutih seperti laki-laki itu. dan mungkin akan menua seperti kakek-kakek itu.” sangat beruntungnya seorang anak kecil yang seringkali saya lihat ditepi jalan sambil dirangkul ayahnya, sangat beruntung baginya yang masih bisa bercengkrama hangat tanpa harus dibatasi oleh langit dan bumi. Dan sangat mengiris hati jika menyaksikan seorang anak yang begitu keras terhadap ayahnya, yang sikapnya menunjukkan seolah ia tidak membutuhkan sosok ayah didalam hidupnya. Jika saja anak itu tau betapa sakitnya ditinggal oleh seorang ayah, mungkin ia akan berfikir seribu kali untuk menyakiti ayahnya. Jika saja anak itu tau betapa kesepiannya hidup tanpa seorang pahlawan disampingnya, mungkin ia akan terus memeluk ayahnya sampai batas akhir usia. Sayangnya penyesalan selalu datang diakhir waktu.

Saya semakin rindu tatkala ayah semakin jarang hadir didalam mimpi saya. Entah karena faktor apa dan sebab apa, yang saya tau bahwa ayah tidak lagi menghiasi dunia dialam bawah sadar saya. Wajah itu sudah tidak ada didalam mimpi, genggaman tangan itu sudah tidak nyata lagi didalam kembang tidur. Saat ini saya begitu merindukan ayah yang dulu selalu mempunyai cara agar saya tersenyum. Saat ini saya begitu merindukan ayah yang begitu gagah nan berwibawa. Saya begitu merindukan senyumannya. Dengan melihat senyumnya didalam alam bawah sadar saja, itu cukup membuat saya merasa bahwa ayah tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkan saya.