Rabu, 15 Juli 2015

Untuk kamu yang...


Untuk kamu yang katanya mencintaiku,

Terima kasih sudah mengajariku begitu banyak kesabaran. Bersama kamulah aku mengerti makna dari sebuah keikhlasan. Tanpamu aku tau bagaimana rasanya kehampaan. 

Untuk kamu yang sudah menjadi prioritas di hidupku,
 
Terimakasih sudah sudi berkunjung ke dalam hidupku yang tidak istimewa ini, sudah mau menyelami hari-hari bersamaku beberapa tahun ini, sudah sudi mendengarkan keluh kesahku, sudah begitu sabar menghadapi kejengkelanku, sudah sudi membawaku ke kehidupanmu yang begitu banyak memberikanku pelajaran berarti.
 
Untuk kamu yang insya Allah ku pilih menjadi masa depanku,

Cintai aku selayaknya kamu mencintai orang-orang (keluarga) mu, maka aku akan mencintaimu lebih dari itu. Jaga aku selayaknya kamu menjaga kain putih agar tidak ada noda setitik pun, maka aku akan menjaga hatiku untukmu lebih dari itu. Peluk aku ke dalam sehangat-hangatnya rangkulanmu, maka aku akan mendekapmu lebih dari itu. Jadikanlah aku satu-satunya, maka aku akan menjadikanmu satu-satunya di dunia. 

Untuk kamu yang namanya selalu ku bawa dalam munajat do’a,

Perjalanan ini begitu panjang dan pastinya membutuhkan kaki yang kuat untuk terus melangkah, batin yang tabah untuk terus menuju, senyum yang tak pernah pudar untuk membuat ujian terasa ringan. Sabar sabarlah menemaniku sampai impian kita nyata. Kamu menunggu saat-saat itu,bukan? Saat dimana kita melewati hari bersama tanpa ada halangan jarak. Saat dimana kamu bisa langsung memelukku ketika aku menangis bahagia. Saat dimana kita bisa jalan-jalan bersama tanpa memikirkan kapan kita akan bertemu. Semua sudah bukan masanya lagi.

Jadi, untuk kamu yang menjadi alasanku tertawa dan menangis. Berhentilah menjadi pemarah dan mulailah berdamai dengan kekuranganku. Aku tau mempertahankan hubungan dengan bentangan jarak itu tidak mudah, tetapi terus yakinlah bahwa cinta kita tidak mudah dipatahkan hanya karena kekonyolan jarak. Jika saat ini kita belum bisa menggenggam tangan, tak apa. Anggap saja aku ini sedang belajar menjadi mandiri. Asal kamu tetap percaya dengan janji dan impian kita, asal kamu tetapi optimis dengan cita-cita kita. Semua akan selalu baik-baik saja dan kita akan mampu melewatinya.

Hingga nanti kita bisa sampai di rumah yang sama, dengan perasaan yang akan selalu tetap sama.