Senin, 09 November 2015

Kita berbeda



Mencintai seseorang itu nggak perlu diukur dengan kemewahan. Jikalau pun kemewahan merupakan tolak ukur yang utama, mungkin saja aku orang pertama yang akan menyerah. Mengasihi nggak perlu diukur seberapa bagus kendaraan yang dimiliki, seberapa banyak waktu yang dihabiskan untuk berdua. Karena kasih bukan semata-mata kendala waktu, tapi juga tentang bagaimana sepasang kekasih mampu jujur, setia dan terbuka. Saat hubungan bukan lagi berumur satu, dua bahkan tiga tahun, mungkin cinta bukan lagi alasan satu-satunya untuk mempertahankan; melainkan sebuah komitmen dan tanggung jawab atas rasa cinta yang dimiliki.
 

Pertanyaan yang selalu hinggap ditelingaku, yang berasal darimu adalah; “apakah aku tidak iri dengan mereka yang selalu makan di sebuah restoran mahal, yang selalu hangout ke tempat yang mewah, yang selalu dikejutkan oleh hal-hal romantis?” ah. Pertanyaan itu terdengar lucu sekali ditelingaku. Buat apa aku iri dengan sesuatu yang tidak ingin ku lakukan? Bagaimana bisa aku iri dengan mereka yang kehidupannya berbeda dengan kita? Eits. Jangan baper dulu. Berbeda dalam artian disini adalah berbeda cara pandang, berbeda sikap, berbeda semua kemauan dalam kehidupan. Romantis bukan identitasku, restoran mahal bahkan liburan mewah bukanlah menjadi standar hidupku. Cukup cinta dari orang tercinta, cukup sayang dari orang tersayang, cukup dukungan yang tiada batas sudah mampu memberikan kebahagiaan tersendiri untukku; yang selamanya akan tertulis dalam buku harian perjalananku.


Cukup kamu saja laki-laki asing yang masuk dalam rentetan orang-orang yang berpengaruh penuh dalam perjalanan panjangku. Sebelum kamu, sudah ada orang-orang hebat (read: keluarga) yang begitu setia mendampingiku. Tak ada permintaan yang muluk muluk, cukup temani saja aku dengan suka duka ku. Tetap berjalan saja disampingku dalam masa senang dan sulitku. Tetap genggam tanganku dengan lembut sekalipun nanti kulitku sudah mulai mengeriput. Jangan pernah bosan mencium keningku sebelum kamu berpergian, sekalipun nanti wajahku sudah tidak sedap lagi dipandang. Bukan materi dan perangai yang menjadi prioritas utamaku, cukup kita yang bersedia untuk tumbuh dan menua bersama.


Jangan lagi ada perbandingan antara kita dan mereka. Biar mereka dengan jalannya, dan kita dengan cara kita. Aku lebih nyaman tertawa terbahak-bahak hingga melakukan hal konyol bersamamu dibandingkan melakukan hal romantis yang terasa asing untuk kita lakukan. Tak perlu tempat mewah untuk bisa liburan, asal bersamamu saja semua terasa mewah dan indah.
 

Semakin dewasa usia perjalanan kita, kita akan semakin tau bahwa cinta kita tidak harus selalu jadi tontonan public. Semakin dewasa usia perjalanan kita, kita akan semakin sadar bahwa bukan hanya kemewahan yang mampu menghantarkan kita ke kenyataan yang selalu kita impi-impikan.



Seringkali aku bilang, bahwa bahagia itu kita yang ciptakan bukan mereka.