Mencintai seseorang itu nggak
perlu diukur dengan kemewahan. Jikalau pun kemewahan merupakan tolak ukur yang
utama, mungkin saja aku orang pertama yang akan menyerah. Mengasihi nggak perlu
diukur seberapa bagus kendaraan yang dimiliki, seberapa banyak waktu yang
dihabiskan untuk berdua. Karena kasih bukan semata-mata kendala waktu, tapi
juga tentang bagaimana sepasang kekasih mampu jujur, setia dan terbuka. Saat hubungan
bukan lagi berumur satu, dua bahkan tiga tahun, mungkin cinta bukan lagi alasan
satu-satunya untuk mempertahankan; melainkan sebuah komitmen dan tanggung jawab
atas rasa cinta yang dimiliki.
Pertanyaan yang selalu hinggap
ditelingaku, yang berasal darimu adalah; “apakah aku tidak iri dengan mereka
yang selalu makan di sebuah restoran mahal, yang selalu hangout ke tempat yang
mewah, yang selalu dikejutkan oleh hal-hal romantis?” ah. Pertanyaan itu
terdengar lucu sekali ditelingaku. Buat apa aku iri dengan sesuatu yang tidak
ingin ku lakukan? Bagaimana bisa aku iri dengan mereka yang kehidupannya
berbeda dengan kita? Eits. Jangan baper dulu. Berbeda dalam artian disini
adalah berbeda cara pandang, berbeda sikap, berbeda semua kemauan dalam
kehidupan. Romantis bukan identitasku, restoran mahal bahkan liburan mewah
bukanlah menjadi standar hidupku. Cukup cinta dari orang tercinta, cukup sayang
dari orang tersayang, cukup dukungan yang tiada batas sudah mampu memberikan
kebahagiaan tersendiri untukku; yang selamanya akan tertulis dalam buku harian
perjalananku.
Cukup kamu saja laki-laki asing
yang masuk dalam rentetan orang-orang yang berpengaruh penuh dalam perjalanan
panjangku. Sebelum kamu, sudah ada orang-orang hebat (read: keluarga) yang begitu setia mendampingiku. Tak ada permintaan
yang muluk muluk, cukup temani saja aku dengan suka duka ku. Tetap berjalan
saja disampingku dalam masa senang dan sulitku. Tetap genggam tanganku dengan
lembut sekalipun nanti kulitku sudah mulai mengeriput. Jangan pernah bosan
mencium keningku sebelum kamu berpergian, sekalipun nanti wajahku sudah tidak
sedap lagi dipandang. Bukan materi dan perangai yang menjadi prioritas utamaku,
cukup kita yang bersedia untuk tumbuh dan menua bersama.
Jangan lagi ada perbandingan
antara kita dan mereka. Biar mereka dengan jalannya, dan kita dengan cara kita.
Aku lebih nyaman tertawa terbahak-bahak hingga melakukan hal konyol bersamamu
dibandingkan melakukan hal romantis yang terasa asing untuk kita lakukan. Tak perlu
tempat mewah untuk bisa liburan, asal bersamamu saja semua terasa mewah dan
indah.
Semakin dewasa usia perjalanan
kita, kita akan semakin tau bahwa cinta kita tidak harus selalu jadi tontonan public.
Semakin dewasa usia perjalanan kita, kita akan semakin sadar bahwa bukan hanya
kemewahan yang mampu menghantarkan kita ke kenyataan yang selalu kita
impi-impikan.
Seringkali aku bilang, bahwa
bahagia itu kita yang ciptakan bukan mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar