Rabu, 21 September 2016

Graduation...

Hampir empat tahun aku mengemban ilmu di salah satu universitas kawasan tangerang selatan. Dengan penuh perjuangan, kemalasan, kegembiraan, kepusingan hingga sampai pada titik keharuan yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata. Resolusiku tercapai; jelas karena dukungan mereka yang terus setia mendampingi, salah satu impianku terwujud berkat cemoohan para pembenci yang terus memotivasi untuk menjadi lebih baik.

Ibu, bapak. Kelulusan ini aku dedikasikan untuk kalian berdua. Kalian satu-satunya motivasi yang votingnya paling terbanyak dari yang lainnya. Terutama untuk cinta pertamaku; laki-laki satu satunya yang amat ku cintai. Meski sebenarnya hati ingin sekali beliau berada disini, tapi aku cepat-cepat menyadari bahwa itu sebuah kemungkinan yang sangat mustahil. Ketika memasuki ruang auditorium acarapun rasanya airmata sudah ingin tumpah jika membayangkan akan betapa bahagianya beliau apabila berada disini juga. Menyaksikan putri nakalnya memakai baju kebanggaan, pakaian yang dinanti-nanti banyak orang setelah melalui perjuangan yang tidak mudah. Jika tidak banyak orang, mungkin saja aku sudah menangis sesegukan karena terharu yang bercampur rindu.

For dearest father… semoga ini bisa jadi hadiah terindah ditahun ini untukmu. Ingatkah? Dulu kau pernah bilang bahwa aku cukup melanjutkan pendidikan ku saja. Sebelum tahun kepergianmu pun kamu pernah menanyakan akan bagaimana perayaan ulangtahunku yang ketujuhbelas nanti. Tapi semua terasa semu. Kamu pergi sebelum semuanya nyata dan terwujud. Impianku semakin tinggi ketika kepergianmu semakin nyata, cita-citaku semakin menggebu ketika kepergianmu perlahan sudah bisa ku ikhlaskan. Aku melanjutkan ke perguruan tinggi bukan semata-mata karena ingin seperti orang-orang banyak yang merasakan bangku kuliah. Aku melanjutkan ke perguruan tinggi semata-mata hanya untukmu dan untuk ibu. Ketika kepergianmu, banyak ungkapan-ungkapan kata yang seharusnya tidak ku dengar. Keinginanku semakin kuat untuk mewujudkan impianmu, ingin sekali rasanya aku membuktikan kepada mereka bahwa semua hal yang mereka katakan itu adalah hal yang sama sekali tidak benar adanya. Aku geram dibuatnya, aku marah mendengarnya. Namun apa daya? Melawannya dengan tenaga bukanlah solusi yang terbaik, hanya akan menghabisi waktuku saja. Jadi ku putuskan untuk tetap fokus dengan semua cita-cita.

Terimakasih pak, terimakasih sudah menjadi motivasi yang terus menyemangati ketika aku mulai merasa lelah di penghujung jalan. Walaupun ragamu tidak terlihat, tapi aura semangatmu terus membara di jiwaku.

Kelulusan ini untukmu, dan semoga aka nada kelulusan-kelulusan lainnya yang akan terus membuatmu bangga mempunyai putri sepertiku. Tetaplah bahagia bersama-Nya pak, dan biarkan aku membahagiakanmu juga disini meski aku tidak melihat senyummu. Ragamu yang telah pergi tidak memutuskan semangatku untuk terus membahagiakanmu pak.


Salam rindu,
Dari aku;
Putri yang akan dan selalu membuatmu bangga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar