Hampir empat tahun aku mengemban ilmu di
salah satu universitas kawasan tangerang selatan. Dengan penuh perjuangan,
kemalasan, kegembiraan, kepusingan hingga sampai pada titik keharuan yang tidak
dapat dijelaskan oleh kata-kata. Resolusiku tercapai; jelas karena dukungan
mereka yang terus setia mendampingi, salah satu impianku terwujud berkat
cemoohan para pembenci yang terus memotivasi untuk menjadi lebih baik.
Ibu, bapak. Kelulusan ini aku
dedikasikan untuk kalian berdua. Kalian satu-satunya motivasi yang votingnya
paling terbanyak dari yang lainnya. Terutama untuk cinta pertamaku; laki-laki
satu satunya yang amat ku cintai. Meski sebenarnya hati ingin sekali beliau
berada disini, tapi aku cepat-cepat menyadari bahwa itu sebuah kemungkinan yang
sangat mustahil. Ketika memasuki ruang auditorium acarapun rasanya airmata
sudah ingin tumpah jika membayangkan akan betapa bahagianya beliau apabila
berada disini juga. Menyaksikan putri nakalnya memakai baju kebanggaan, pakaian
yang dinanti-nanti banyak orang setelah melalui perjuangan yang tidak mudah. Jika
tidak banyak orang, mungkin saja aku sudah menangis sesegukan karena terharu
yang bercampur rindu.
For
dearest father… semoga ini bisa jadi hadiah terindah ditahun ini
untukmu. Ingatkah? Dulu kau pernah bilang bahwa aku cukup melanjutkan
pendidikan ku saja. Sebelum tahun kepergianmu pun kamu pernah menanyakan akan
bagaimana perayaan ulangtahunku yang ketujuhbelas nanti. Tapi semua terasa
semu. Kamu pergi sebelum semuanya nyata dan terwujud. Impianku semakin tinggi
ketika kepergianmu semakin nyata, cita-citaku semakin menggebu ketika
kepergianmu perlahan sudah bisa ku ikhlaskan. Aku melanjutkan ke perguruan
tinggi bukan semata-mata karena ingin seperti orang-orang banyak yang merasakan
bangku kuliah. Aku melanjutkan ke perguruan tinggi semata-mata hanya untukmu
dan untuk ibu. Ketika kepergianmu, banyak ungkapan-ungkapan kata yang
seharusnya tidak ku dengar. Keinginanku semakin kuat untuk mewujudkan impianmu,
ingin sekali rasanya aku membuktikan kepada mereka bahwa semua hal yang mereka
katakan itu adalah hal yang sama sekali tidak benar adanya. Aku geram
dibuatnya, aku marah mendengarnya. Namun apa daya? Melawannya dengan tenaga
bukanlah solusi yang terbaik, hanya akan menghabisi waktuku saja. Jadi ku
putuskan untuk tetap fokus dengan semua cita-cita.
Terimakasih pak, terimakasih sudah
menjadi motivasi yang terus menyemangati ketika aku mulai merasa lelah di
penghujung jalan. Walaupun ragamu tidak terlihat, tapi aura semangatmu terus
membara di jiwaku.
Kelulusan ini untukmu, dan semoga aka
nada kelulusan-kelulusan lainnya yang akan terus membuatmu bangga mempunyai
putri sepertiku. Tetaplah bahagia bersama-Nya pak, dan biarkan aku
membahagiakanmu juga disini meski aku tidak melihat senyummu. Ragamu yang telah
pergi tidak memutuskan semangatku untuk terus membahagiakanmu pak.
Salam rindu,
Dari aku;
Putri yang akan dan selalu membuatmu
bangga…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar