Hanya bertemankan tulisan dan segudang do’a, aku
menulis ini nyata karna luka yang sudah begitu dalam. Menurutku cinta itu hanya
dirasakan dua orang, hanya ditempatkan dalam satu hati. Jangan dikira cinta seperti
muatan kendaraan besar yang bisa ditumpangi banyak orang dan seenaknya semua
orang bisa mencampuri didalamnya.
Rasa yang ku punya saat ini begitu menguat dan
mengeras, rasa yang menurutku begitu sempurna. Rasa cinta itu wujud sifat
Tuhan; bukan? Dan aku sangat percaya bahwa Tuhan mempunyai andil besar atas
rasa yang timbul dalam hati. Atas seizin Tuhan aku mencintaimu, atas kehendak
Tuhan aku punya cita-cita yang ingin kuwujudkan bersamamu. Harapan dan impian
ku salah satunya; kamu. Sebelum aku mempunyai impian itu aku tidak pernah
berfikir apakah mereka yang tau impianku akan mendukung atau tidak; ingin
mendengar atau tidak.
Aku yang punya cinta; bukan mereka.
Aku selalu menutup telinga atas perkataan mereka
tentang kita, perkataan yang semakin hari semakin lancang. Semakin hari semakin
tidak bisa ku terima. Semakin hari guyonan itu semakin menyayat hati. Aku
selalu membutakan pandangan ketika mereka membodoh-bodohkan kita atas rasa yang
kita punya. Mereka bilang bahwa kita tidak pantas. Mereka bilang kita bukan
terbaik. dan bahkan mereka bilang bahwa kita tidak akan bisa bersama.
Siapa mereka? Mereka kira mereka Tuhan? Yang
sudah merasa sempurna, memiliki segalanya dan dengan gampangnya mereka
menjadikan kita terdakwa; seakan rasa yang diciptakan Tuhan itu salah. Jika
memang iya, dimana letak kesalahannya?
Aku tidak pernah meminta dengan siapa aku akan
jatuh cinta. Aku tidak pernah memilih dengan siapa aku akan menjatuhkan hati.
Dengan lancangnya mereka bilang bahwa kita akan menyesal telah memiliki rasa
yang suci ini, rasa yang tidak pernah kupinta sebelumnya; bahkan ku gambarkan
saja tidak pernah.
Aku begitu muak, aku begitu geram dan aku sudah gerah
dengan mereka yang selalu merasa perkataannya adalah benar. Kita ini hanya dua
insan yang sedang sama-sama merasakan keagungan cinta, merasakan hangatnya
saling berbagi dalam wujud cinta yang merekah. Bagaimana bisa mereka bersikeras
untuk memusnahkan rasa ini, sedangkan Tuhan memberi restu? Aku sungguh tidak
mengerti dimana letak kesalahan yang mesti ku perbaiki. Aku ini hanya wanita
biasa yang bisa terluka, yang bisa marah dan bisa menangis.
Hingga pada akhirnya saat ini, airmata
membuktikan bahwa mereka memang sudah terlalu lancang untuk masuk kedalam
kehidupanku. Sudah terlalu lancang untuk terus menjelek-jelekkan ciptaan Tuhan
yang begitu aku sayangi.
Hay kalian, priaku tidak bersalah. Dia hanya
seorang laki-laki yang mempunyai cinta, cinta yang mesti dia jaga dan cinta
yang mesti dia bahagiakan. Dia hanya seorang laki-laki yang mempunyai sebuah
impian, meski gelimangan harta tidak berpihak padanya. Harus berapa ratus kali
lagi aku jelaskan bahwa aku tidak perlu wajah yang rupawan dan harta yang
berlimpah, aku hanya ingin dia yang punya cinta untukku dan punya kebahagiaan
yang akan dicurahkan untukku.
Dan teruntuk Tuhan.
Izinkan aku dan priaku membuktikan bahwa apa
yang dikatakan mereka itu salah.
Izinkan aku dan priaku membuktikan bahwa apa
yang dikatakan mereka hanya omong kosong.
Dan teruntuk mereka,
Semoga Tuhan mengampuni ketidaktahuan kalian
yang sudah melukai begitu dalam. :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar