Rabu, 23 Juli 2014

Surat dariku untukku...

Kamu harus mengerti bahwa waktu yang tersedia sangat terbatas, waktu yang begitu mengekang membuatmu tidak bisa selalu mewujudkan semua inginmu. Kamu harus mulai mengerti bahwa waktunya tidak selalu bersama kamu, tidak harus selalu berada disampingmu. Kamu harus sangat mengerti bahwa yang ada difikirannya bukan hanya kamu seorang, yang difikirkannya bukan hanya bagaimana bisa bertemu kamu. Saya tau kamu lelah bukan? Lelah mencoba terus mengerti, sedangkan kamu disini hanya mampu membatu dan menahan. Itu yang selalu kamu lakukan ketika rindu mulai meradang.

Kamu masih harus bersabar sedikit sambil menunggu dia datang menjemput kamu, membawa kamu ke hamparan pasir yang luas bersama dengan deru suara angin yang merdu. Kamu masih harus terus meyakini bahwa dia akan membawamu pergi dari kepenatan yang sudah mengikatmu beberapa bulan ini. Dia akan membawamu keatas pegunungan sambil menghirup udara bebas tanpa polusi berdua. Bermain dengan deburan ombak yang menyenangkan, menerjang sinar matahari yang menusuk pori-pori kulit. Aku tau, aku sangat tau bahwa kamu sangat merindukan moment itu; bukan? Kamu harus bersabar sedikit lagi sampai dia menyelesaikan urusan dunianya hingga dia kembali lagi untuk menemanimu. Ada pepatah yang berbicara, “memang rumput tetangga lebih hijau dari pada rumput rumah sendiri”. Pepatah itu benar sayang, kamu begitu ingin keleluasan waktu yang sama seperti mereka, pertemuan yang tiada batas dan tatapan mata yang begitu mudah. Aku mengerti. Jika kamu ingin lebih mengerti lagi, bukankah setiap orang mempunyai ceritanya masing-masing? Kamu dengan ceritamu dan mereka dengan cerita mereka, sebahagia apapun mereka; kamu tidak akan pernah tau masalah apa yang tersembunyi didalamnya. Entah itu lebih parah atau sebaliknya. :)

Cintai apa yang kamu miliki sekarang, kamu akan mampu menerima jika kamu betul mencintai. Mencintai itu tanpa syarat bukan? Tanpa alasan bukan? Lalu buat apa kamu menuntut dia agar menjadi yang kamu mau? Katamu yang terpaksa itu bukan cinta. Jadi, ikhlaskan apa yang terjadi sekarang. Jangan pernah takut jika tidak dicintai, karena Tuhan Maha Adil bukan? Selagi kamu tulus mencintai seseorang, kamu akan lebih dicintai dengan tulus meski sekalipun bukan dia orangnya.

Cintai dia tanpa syarat, tanpa tuntutan, tanpa paksaan. Cinta itu memberi, dengan berjalannya waktu dia akan tau seberapa besar rasa yang kamu punya; sekalipun kebersamaan bukan milik kamu dan dia lagi. Ikhlaslah dan bersabarlah, maka manis yang akan kamu dapat. Tapi lepaskanlah, jika kesabaranmu tidak pernah ternilai dimatanya.


Bagaimana aku bisa begitu tau tentang kamu?
Karena aku adalah kamu.

Jumat, 04 Juli 2014

Cinta akan menemukan jalan pulang...

“kamu harus maklum. Dia masih usia mencari identita. Cowok itu butuh waktu. Saat ini dunianya bukan cuma buat pacar. Tapi ada orang tua, ada keluarga, ada pekerjaan, ada impian yang harus dikejar.
Kamu harus jadi cewek yang bisa menjadi pendukungnya. Caranya adalah menjadi cewek yang bisa mengerti, memaklumi, memberi ‘porsi’ yang pas kapan untuk hadir buat dia dan kapan kamu harus memberi jarak. Dukung dia kalo lagi nggak semangat, apakah saat pekerjaannya gagal atau apa.
Dukung dia dengan perhatian kamu. Dukung dia dengan do’a kamu. Mungkin efeknya tidak akan langsung ke dia. Tapi dengan itu dia akan sadar kalo kamu adalah perempuan yang bisa jadi tempat dia bersandar.
Disaat perempuan lain akan menyerah mendampingi dia. Disaat perempuan lain hanya bisa ngambek karena tidak ditemani setiap hari. Disaat perempuan lain hanya bisa menuntut, kamu satu-satunya perempuan yang bisa memberi.
Jika dia lelaki baik-baik, dia akan bertahan; memperjuangkan cita-citanya, bukan hanya untuk dia tapi juga untuk kamu.
Kesabaran kamulah yang menentukan apakah kamu jadi bagian rencana masa depannya atau tidak.
Ini nasihat yang sangat menempel di kepalaku. Dan sampai sekarang jadi pengingat aku untuk berusaha terus menjadi wanita yang bisa diandalkan. Bukan penghambat masa depan.
Jadi, apakah kamu sudah pernah mencoba menjadi perempuan itu?”

Kalimat ini betul-betul telah menampar saya. Pertanyaan diakhir kalimat itu membawa saya ke peristiwa dimana kesalahan saya terulang lagi. Saya terus menyadarkan diri, membukakan mata hati saya bahwa tidak selamanya ketakutan saya terhadap hari esok itu selalu benar. Tidak pernah ada kebenaran setelah kesalahan, jika tidak ada introspeksi diri. Tidak akan pernah ada kebahagiaan setelah ujian, jika tidak ada perbaikan dari dalam hati. Sikap posesif saya selama ini memang sudah sangat teramat salah, harusnya saya memahami jika memang jodoh, cinta akan tetap bertahan. Jika memang ketulusan cinta itu benar-benar ada, cinta akan tetap berkembang tanpa pernah dimakan usia, takkan pernah luntur akibat rapuhnya keindahan fisik.

Sebagian besar dari mereka yang punya cinta terlalu takut untuk memulai dari awal, inilah alasan kenapa mereka bertahan dengan pilihannya; tak peduli sudah berapa banyak airmata yang tumpah. Airmata akan terhapus jika ingatan-ingatan indah kebersamaan itu sudah lengket didalam sudut otak dan terlukis dibilik-bilik hati. Jadi, bertahan dengan pilihan itu bukan karena tidak ada yang suka apalagi bodoh. Semua berdasarkan alasan bukan? Seperti halnya orang-orang selalu mempertanyakan bagaimana bisa aku sebegitu mencintai kamu? Biarkan itu menjadi rahasiaku dengan Tuhan saja.

Aku hanya ingin menjadi satu-satunya wanita yang mendampingimu di masa kini hingga masa depan. Menjadi satu-satunya wanita yang berada satu shaf dibelakangmu, mengamini setiap do’amu, dan mencium tanganmu selepas ibadah kita. Menjadi satu-satunya wanita yang akan menjadi tempatmu pulang, melampiaskan lelah, penat dan berakhir didalam pelukan hangat. Menjadi satu-satunya wanita yang akan selalu mendukung segala keputusanmu. Bukan malah menjadi penghambat masa depanmu yang pada akhirnya hanya akan menjadi bagian dari masa lalumu yang mau tidak mau harus kamu buang.

Saat ini, izinkan aku untuk membereskan hati dan ikhlas untuk memperbaiki diri dari setiap perilaku. Bagiku saat ini kenyamanan adalah hal terpenting, bagaimana caranya kita bisa memberikan kenyamanan dan kehangatan satu sama lain tanpa harus ada yang mengemis dan terluka. Walau ribuan kali hati menyuruhku khawatir dengan apa yang kamu lakukan diluar sana, namun jutaan kali fikiranku menentang dan selalu menyakinkan bahwa kamu akan selalu tetap menjaga. Meski aku tidak pernah tau dengan cara apa kamu menjaganya. Kita punya Tuhan bukan? Tidak ada salahnya jika aku menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Hatimu, sikapmu, pandanganmu, keberadaan dan dengan siapa saja kamu disana. Aku bukan detektif dan bukan pula wartawan yang setiap saat harus selalu menginterogasi, cukup kepercayaan yang aku kembangkan. Tanpa sedikitpun memaksa waktumu terbuang hanya demi aku.

Kamu punya keluarga, teman-teman, pekerjaan, bahkan cita-cita. Tugasku hanya mendampingi sampai kamu mencapai sisi puncak keberhasilan, setelah itu kamu boleh memilih dengan siapa kamu akan menikmati bahagianya kesuksesan itu. Biar itu menjadi rahasiamu dengan Tuhan saja.

Aku percaya, ketulusan cinta akan menemukan jalan pulang untuk tempat tinggalnya. :)