Jumat, 04 Juli 2014

Cinta akan menemukan jalan pulang...

“kamu harus maklum. Dia masih usia mencari identita. Cowok itu butuh waktu. Saat ini dunianya bukan cuma buat pacar. Tapi ada orang tua, ada keluarga, ada pekerjaan, ada impian yang harus dikejar.
Kamu harus jadi cewek yang bisa menjadi pendukungnya. Caranya adalah menjadi cewek yang bisa mengerti, memaklumi, memberi ‘porsi’ yang pas kapan untuk hadir buat dia dan kapan kamu harus memberi jarak. Dukung dia kalo lagi nggak semangat, apakah saat pekerjaannya gagal atau apa.
Dukung dia dengan perhatian kamu. Dukung dia dengan do’a kamu. Mungkin efeknya tidak akan langsung ke dia. Tapi dengan itu dia akan sadar kalo kamu adalah perempuan yang bisa jadi tempat dia bersandar.
Disaat perempuan lain akan menyerah mendampingi dia. Disaat perempuan lain hanya bisa ngambek karena tidak ditemani setiap hari. Disaat perempuan lain hanya bisa menuntut, kamu satu-satunya perempuan yang bisa memberi.
Jika dia lelaki baik-baik, dia akan bertahan; memperjuangkan cita-citanya, bukan hanya untuk dia tapi juga untuk kamu.
Kesabaran kamulah yang menentukan apakah kamu jadi bagian rencana masa depannya atau tidak.
Ini nasihat yang sangat menempel di kepalaku. Dan sampai sekarang jadi pengingat aku untuk berusaha terus menjadi wanita yang bisa diandalkan. Bukan penghambat masa depan.
Jadi, apakah kamu sudah pernah mencoba menjadi perempuan itu?”

Kalimat ini betul-betul telah menampar saya. Pertanyaan diakhir kalimat itu membawa saya ke peristiwa dimana kesalahan saya terulang lagi. Saya terus menyadarkan diri, membukakan mata hati saya bahwa tidak selamanya ketakutan saya terhadap hari esok itu selalu benar. Tidak pernah ada kebenaran setelah kesalahan, jika tidak ada introspeksi diri. Tidak akan pernah ada kebahagiaan setelah ujian, jika tidak ada perbaikan dari dalam hati. Sikap posesif saya selama ini memang sudah sangat teramat salah, harusnya saya memahami jika memang jodoh, cinta akan tetap bertahan. Jika memang ketulusan cinta itu benar-benar ada, cinta akan tetap berkembang tanpa pernah dimakan usia, takkan pernah luntur akibat rapuhnya keindahan fisik.

Sebagian besar dari mereka yang punya cinta terlalu takut untuk memulai dari awal, inilah alasan kenapa mereka bertahan dengan pilihannya; tak peduli sudah berapa banyak airmata yang tumpah. Airmata akan terhapus jika ingatan-ingatan indah kebersamaan itu sudah lengket didalam sudut otak dan terlukis dibilik-bilik hati. Jadi, bertahan dengan pilihan itu bukan karena tidak ada yang suka apalagi bodoh. Semua berdasarkan alasan bukan? Seperti halnya orang-orang selalu mempertanyakan bagaimana bisa aku sebegitu mencintai kamu? Biarkan itu menjadi rahasiaku dengan Tuhan saja.

Aku hanya ingin menjadi satu-satunya wanita yang mendampingimu di masa kini hingga masa depan. Menjadi satu-satunya wanita yang berada satu shaf dibelakangmu, mengamini setiap do’amu, dan mencium tanganmu selepas ibadah kita. Menjadi satu-satunya wanita yang akan menjadi tempatmu pulang, melampiaskan lelah, penat dan berakhir didalam pelukan hangat. Menjadi satu-satunya wanita yang akan selalu mendukung segala keputusanmu. Bukan malah menjadi penghambat masa depanmu yang pada akhirnya hanya akan menjadi bagian dari masa lalumu yang mau tidak mau harus kamu buang.

Saat ini, izinkan aku untuk membereskan hati dan ikhlas untuk memperbaiki diri dari setiap perilaku. Bagiku saat ini kenyamanan adalah hal terpenting, bagaimana caranya kita bisa memberikan kenyamanan dan kehangatan satu sama lain tanpa harus ada yang mengemis dan terluka. Walau ribuan kali hati menyuruhku khawatir dengan apa yang kamu lakukan diluar sana, namun jutaan kali fikiranku menentang dan selalu menyakinkan bahwa kamu akan selalu tetap menjaga. Meski aku tidak pernah tau dengan cara apa kamu menjaganya. Kita punya Tuhan bukan? Tidak ada salahnya jika aku menyerahkan segalanya kepada Tuhan. Hatimu, sikapmu, pandanganmu, keberadaan dan dengan siapa saja kamu disana. Aku bukan detektif dan bukan pula wartawan yang setiap saat harus selalu menginterogasi, cukup kepercayaan yang aku kembangkan. Tanpa sedikitpun memaksa waktumu terbuang hanya demi aku.

Kamu punya keluarga, teman-teman, pekerjaan, bahkan cita-cita. Tugasku hanya mendampingi sampai kamu mencapai sisi puncak keberhasilan, setelah itu kamu boleh memilih dengan siapa kamu akan menikmati bahagianya kesuksesan itu. Biar itu menjadi rahasiamu dengan Tuhan saja.

Aku percaya, ketulusan cinta akan menemukan jalan pulang untuk tempat tinggalnya. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar