Beberapa jam lagi.
Tepatnya di hari Selasa, 03 Desember 2013 hari jadi kita yang ketiga. Bukan hal
yang mudah ketika harus mencapai sesuatu dalam rentan waktu yang tidak singkat,
perlu melewati kerikil-kerikil tajam agar memahami bagaimana jatuh dan
sakitnya. Tiga tahun itu bukan waktu yang sebentar dalam fase mengenal, memahami
bahkan mengetahui seluk beluk seseorang yang sudah kita pilih.
Kita
patut berterimakasih kepada jarak yang mengizinkan kita untuk sebuah pertemuan
di tempat yang tidak pernah diduga sebelumnya; tempat menuntut ilmu yang sering
ku sebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan. Tempat dimana kamu pernah ingin
meninggalkannya; jika pada saat itu kamu benar-benar meninggalkan sekolah
mungkin saja “KITA” tidak akan pernah tercipta, dan mungkin saja pertemanan pun
tak akan pernah ada. Meski jarak yang membuat raga kita terpisah bersama
terpaan rindu yang begitu menyiksa, namun jarak pula yang telah menyatukan
kita. Menyatukan yang jauh menjadi dekat; berbeda menjadi satu.
Kamu
masih selalu menjadi objek dalam setiap tulisanku hingga detik ini, lalu
bagaimana mungkin kehadiranmu tidak begitu penting untukku? Awal dimana kita
bertemu, dimana kita saling tegur sapa semua tidak terjadi dengan begitu
mudahnya. Kamu masih menjadi seseorang yang jauh dari pandanganku, masih
menjadi seseorang yang tidak begitu aku pedulikan keberadaannya. Wajar bukan?
Hingga
pada saatnya rasa aneh itu mulai bermunculan kala aku dan kamu semakin dekat;
sengaja mendekat tepatnya. Rasa itu pun datang bukan satu atau dua bulan
setelah pak guru memperkenalkanmu didepan halayak banyak. Namun semua baru
terasa ketika hampir 3 tahun kita menjalani tali pertemanan. Pendekatan kita
masih dibayangi dengan angan-angan masa lalu, masa dimana kamu belum bisa
melupakan dan masa dimana aku belum dapat meninggalkan. Dramatis bukan?
Semua
rasa tumpah di tanggal 03 Desember 2010, kamu menyatakan dan aku mengiyakan
begitu saja dengan mudahnya. Ternyata masa lalu belum berhenti membayangi kita
hingga saat itu, aku yang masih terus dikejar dengan kesalahan masa lalu dan
kamu yang masih terus membanggakan masa lalumu sebagai sosok yang terbaik.
Sudah ku bilang kisah kita ini tidak mudah, tetapi kita tetap saja keras kepala
untuk melanjutkannya hingga nanti; entah kapan.
Dengan
dan atas kekeras kepalanya kita, dunia tau bahwa kita mampu melewati hingga
sampai saat ini. Berkali-kali kita mencoba melepaskan, berkali-kali juga waktu
mampu menyatukan (lagi). Kehilangan membantu kita untuk memahami apa arti dari
sebuah kebersamaan, menghargai arti dari sebuah perjuangan. Sebelum kita mampu
untuk menjaga hati, kita pun pernah menduakan hati. Sebelum kita mampu untuk
menyabarkan dan meredam ego, kita pun pernah berlomba-lomba untuk saling
memenangkan amarah. Lalu dibalik itu semua apa yang kita dapat, sayang?
Pelajaran? Iya.
Mungkin
tanpa sebuah pengkhianatan, tanpa sebuah amarah, tanpa sebuah ego yang sempat
membubarkan kita; aku dan kamu tidak akan pernah tau untuk apa kita berjuang.
Iya, segalanya butuh perjuangan. Hal kecil saja membutuhkan kesungguhan untuk
berjuang; bertemu misalnya. Kita hanya mempunyai satu hari dalam dua minggu,
bahkan tidak satu hari hanya beberapa jam; ku ulangi lagi ‘hanya beberapa jam’.
Lalu kamu kembali untuk pamit pulang (lagi), meski hati melawan dan berkata “
sebentar lagi saja disini “.
Nyatanya
waktu lebih mempunyai kekuatan yang besar, yang dengan tenaga kita tak mampu
untuk mengelak bahkan memutarnya. Keikhlasan lah yang mulai berbicara, ikhlas
untuk mengalah dengan kejamnya waktu. Mungkin hingga kapanpun waktu tidak akan
mengerti besarnya kerinduan kita; kita yang harus selalu mengerti keinginannya
waktu. Iya…
Menurutku,
masa lalu sudah tidak perlu berada ditengah-tengah kita lagi, biarkan itu
menjadi sebuah kenangan tanpa pernah menengok ke belakang. Setidaknya aku
ataupun kamu tidak perlu lagi merasakan sakit yang disebabkan oleh masa lalu,
karena mereka sudah tidak berhak. Sungguh tidak berhak.
Kamu
ingat dengan semua mimpi-mimpi kita? Ingin kesana, ingin itu, ingin ini,
bla-bla-bla. Saat ini kamu pasti sedang berusaha untuk membuat impian kita
menjadi nyata, bukan? begitu juga denganku. Jika kamu sudah punya waktu barang
sedikit, pulanglah sebentar; tengok aku dan katakanlah “aku juga merindukanmu”.
Kali
ini, jangan biarkan amarah yang menang. Aku percaya, kita ini lebih kuat dari
segala dorongan emosi yang kelak akan menghancurkan dan menimbulkan penyesalan
seumur hidup.
Selamat
hari KITA ke tiga tahun, calon imamku :)
Happy
more than before…
Terimakasih,
sudah menjadi pria yang terbaik. Untukku dan untuk kita :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar