“Ini bukan tentang lebih tua,
seumuran atau lebih muda. Ini tentang yang menyeimbangkan hidup dan yang bisa
berjalan beriringan. Yang memberi kedamaian di hati, kenyamanan disisi dan
kasih sayang tiada henti. Tentang tertawa bersama, saling mensupport, mendoakan satu sama lain.
Berbicara lepas tak berbatas tanpa berfikir ini pantas atau tidak. Ketika dunia
begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk selalu pulang. Yang bisa membuatmu
sangat sabar dan berusaha mengerti meski sulit.
Menerimamu apa adanya meskipun
kamu cuma seadanya. Wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan dengannya itu
sesuatu yang kamu yakin harus kamu perjuangkan. Masa lalunya tidak kamu
persoalkan karena tau itu yang membentuknya sekarang. Kekurangan masing-masing
adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima dan memperbaiki agar jadi
lebih baik. Tentang dia yang kamu ikhlas seumur hidup menjadi imamnya.
Membuatmu bangga menjadi ayah dari anak-anaknya.”
Kutipan ini yang pernah aku rekam dan ku kirimkan
ke dalam ponselmu. Entah kamu mendengarkan dalam-dalam atau tidak, mendapat
komentarmu saja aku sudah girang. Kamu, masih ingat kah?
Ini kutipan untuk kamu.
Yang tidak pernah ku permasalahkan jangka usianya.
Kamu yang tidak pernah ku bandingkan dari segi materinya. Kamu yang mampu
melukis senyum perahu dalam keseharianku. Yang membuatku begitu hangat bersama
lengan pelukanmu. Yang membuatku begitu damai kala kecupanmu mendarat
dikeningku.
Ini kutipan untuk kamu.
Yang ku cintai bersama kesederhanaanmu. Dengan segala
kekurangan; kita coba untuk saling menerima dengan hati yang lapang. Yang mampu
membuat semangatku begitu membara kala pesimis mulai datang bergerombolan.
Ini kutipan untuk kamu.
Yang setiap harinya tidak pernah lengah dalam
daftar nama do’aku. Yang menjadi salah satu impian dari banyaknya cita-citaku. Yang
tidak pernah ku persoalkan bagaimana rupawan fisikmu. Yang selalu ku harapkan
kehadiranmu disetiap aktivitas keseharianku. Yang menyuruh otakku untuk selalu
mengingatmu ditengah kesibukanku.
Ini kutipan untuk kamu.
Yang berhasil mengunci pintu hatiku hanya untuk
kamu. Yang membuatku tidak sedikitpun tergoda dengan pria yang lebih rupawan. Yang
tak pernah tenang jika kabarmu tak hinggap dalam ponselku. Yang selalu menunggu
waktu untuk kita saling tatap mata dengan nyata. Yang rela bertingkah konyol
dihadapanmu; agar tawa terbahak itu tercipta.
Lagi lagi kutipan ini untuk kamu.
Yang mampu membuatku begitu tegas kepada pria
diluar sana; bahwa hatiku hanya milik kamu tak ada yang lain. Yang begitu
terasa amat menyenangkan ketika sudah duduk berdampingan denganmu. Yang telah
membuatku nyaman ketika jemari saling bergenggaman.
Ini kutipan masih untuk kamu.
Yang mengajarkan aku pentingnya arti dari sebuah
kesabaran. Yang membuatku paham sakitnya sebuah luka. Yang mampu membuatku
mengerti nyamannya sebuah kesetiaan. Yang mengajarkanku bahwa emosi itu hanya
menghancurkan bukan menyelamatkan. Yang membuatku paham bahwa kejujuran nilai
mati dalam sebuah hubungan.
Ini kutipan untuk kita
Yang tidak pernah diduga akan bertemu sebelumnya.
Yang pernah mempunyai sebuah pembelajaran untuk pengalaman masa depan. Yang mempunyai
rancangan impian yang tidak kecil dan sepele. Kita selalu berusaha untuk
membahagiakan; meski emosi sempat memporak-porandakan. Kita pernah
menghancurkan kepercayaan; sebelum akhirnya kita belajar saling menjaga. Menurutku
masalalu bukan lagi menjadi sebuah persoalan, hanya saja sebagai bantu loncatan
untuk pembentukan diri di masa yang akan datang.
Ini kutipan untuk mereka
Yang selalu menganggap kita sebelah mata. Yang selalu
merasa argumen mereka adalah benar dan masuk akal. Yang dengan lancangnya berkata
bahwa didalamnya tidak ada sebuah perjuangan. Itu kata mereka bukan menurut
kita. Bagiku mereka seonggok audience yang hanya mampu melihat kita lewat kejauhan;
tidak secara dekat. Mereka hanya makhluk asing yang hanya mengetahui luarnya
saja; tidak dengan prosesnya dan menurutku cukup tersenyum dan hiraukan saja.
Penilai terbaik itu Tuhan, bukan? Jika yang Maha
Pencipta saja memberi kesempatan kita untuk terus bersatu, lalu apa haknya
mereka?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar