H-2 sebelum keberangkatan dinasmu keseberang
pulau sana, aku masih berharap bahwa hari keberangkatanmu batal. Ah egois
sekali ya. Meski pertemuan terakhir kita sangat singkat, tapi ketahuilah
sayang; aku begitu larut dalam dekapan hangat dan aroma tubuhmu. Aku ingin
terus seperti itu; memandang wajahmu lekat-lekat tanpa ada yang melarangnya,
merasakan genggaman tanganmu erat-erat tanpa ada yang meminta untuk melepaskan.
Seperti halnya kamu bilang bahwa kamu akan merindukanku. Seperti biasanya,
meski serindu apapun, aku tidak pernah bisa menangis dihadapanmu meski hati
berontak ingin bilang jangan pergi. “ini
perjalanan dinasmu bukan perjalanan liburanmu” kalimat itu yang selalu
berputar-putar diarea lintasan fikiranku, kalimat itu yang membantuku untuk mampu
membiarkan kamu pergi sementara.
Dengan pertemuan kita yang bisa
terhitung jemari, dengan kilometer jarak yang sudah terbiasa terlukis dalam
cerita kita. Harusnya aku bisa saja merelakanmu pergi dengan mudah, harusnya.
Tapi tidak untuk kali ini, sayang. Kepercayaan, kejujuran dan kesetiaan kita
akan lebih diuji. Bagaimana kamu menjaga hatimu disana nanti dan bagaimana aku
menjaga hatiku disini nanti; menjaga kita. Mungkin Tuhan menciptakan jarak yang
lebih jauh ini agar kita bisa belajar lebih menghargai sebuah pertemuan; agar
kita lebih paham apa sebenarnya perjuangan dalam kerinduan. Iya mungkin.
Aku baru saja bertemu denganmu
dalam sebulan ini, tapi kamu mesti pergi lagi ke kota yang lebih jauh dari ini?
Ah. Rasanya aku tidak ingin jam berlalu dengan cepat, rasanya aku tidak rela
jika malam begitu kilat berubah menjadi pagi. Aku masih mau kamu disini, aku
masih mau menikmati senyum dan gelak tawa kita. Aku masih ingin melihat wajah
yang selama sebulan ini hanya bisa kutatap lewat layar ponsel. Aku masih sangat
ingin berbincang banyak denganmu. Tapi kamu terus membuat pengertian bahwa kamu
tetap harus pergi untuk bertugas. Katamu, kamu akan kembali secepatnya, kamu
terus bilang bahwa aku harus baik-baik saja disini. Kamu terus bilang bahwa
kita akan lebih sering berkomunikasi lewat telepon untuk membiaskan rasa rindu
yang ada. Dan aku hanya bisa menjawab, “baiklah” dengan senyum yang mengembang.
Hari ini kamu sedang melaju ke
kota dimana kamu akan bertugas, entah untuk tinggal berapa lama disana. Dengan percakapan terakhir kita diujung telepon pagi ini, aku begitu lega mendengar suaramu yang sepertinya sangat baik-baik saja dan begitu sangat menikmati pemandangan yang terhampar dialam sana. Kamu tidak perlu meragukan seberapa lama aku bisa menunggumu disini; dikota asal kita. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan bagaimana jika aku merindukanmu. Aku akan baik baik saja disini, dan kamu harus baik baik saja disana.
Jika kamu rindu, lihat wajah dan kebersamaan kita lewat galeri foto yang tersimpan
diponselmu. Jika masih rindu, hubungi aku kapanpun kamu mau. Dan jika semakin
rindu, cepatlah pulang! Aku disini dan akan selalu disini.
Aku tunggu kamu di Jakarta. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar