Rabu, 10 Desember 2014

untuk kamu yang aku cintai...


Aku tidak tau dengan siapa aku ditakdirkan
Aku tidak pernah tau untuk siapa aku diciptakan
Tidak pernah membayangkan akan bagaimana aku di pelaminan
Tidak pernah terfikirkan lelaki seperti apa yang akan bersanding halal di peraduan
 
Siapapun kamu yang terlahir untuk hidup bersamaku
Jika saatnya nanti sudah tiba waktu
Maklumi aku jika aku belum mampu menjadi kekasih halal seperti yg kau mau
Ajari aku untuk terus istiqomah hidup bersamamu

Siapapun kamu yang dikirimkan Tuhan untukku
Cintai aku selayaknya cinta ayah yang selalu setia menjagaku
Dengan begitu aku akan selalu menjaga kehormatanmu
Menjadi kekasih halal yang selalu mengikuti arah tujuan kehidupanmu

Untuk kamu yang ku cintai…
Kita tidak pernah tau kerikil-kerikil tajam seperti apa yang siap menghadang jalan kita didepan
Angin sekencang apa yang akan mencoba meruntuhkan impian masa depan
Tetaplah berbesar hati dan berfikir positif meski sesulit apapun nanti

Sungguh, aku tidak mengutamakan rupawan fisik dan gelimangan materi
Ketaatanmu dan tanggung jawabmu yang begitu aku cari
Kesetiaanmu dan kejujuranmu yang harus selalu menjadi pondasi
Jika semua sudah tertanam didasar hati

Aku percaya sebesar apapun batu yang menghalangi
Sesempurna apapun bidadari luar yang akan kau temui
Semua akan menjadi pertimbanganmu untuk tetap bertahan disini
Tanpa pernah berfikir untuk menyerah dan pergi…

Selasa, 09 Desember 2014

Percayalah sist, Tuhan punya rencana terbaik!


Semakin lama umur sebuah hubungan tidak menjamin kedewasaan yang terjalin didalamnya. Sesingkat-singkatnya usia sebuah hubungan tidak bisa mengukur seberapa besar rasa kasih yang dimiliki. Ini bukan hanya sekedar teori atau omong kosong belaka, sedikit demi sedikit hal semacam ini terlihat dan tak jarang membuatku bertanya-tanya. Kenapa semuanya bisa terjadi? Apa yang menyebabkan semuanya terjadi? Dan bagaimana bisa semua yang tidak pernah diduga menjadi kenyataan yang tidak menyenangkan?

Memang seringkali hal yang selalu kita idam-idamkan, rencana yang sudah tersusun dengan cantiknya bisa hancur seketika dengan kenyataan yang jelas-jelas terjadi karena ulah diri sendiri. Diluar alasan karena Tuhan ingin kita mendapatkan yang terbaik, semua terjadi karena rasa ego yang lebih besar dari kemampuan logika. Saat ini aku masih percaya dengan pernyataan, “bahwa wanita baik untuk lelaki yang baik” bahkan kalimat seperti ini tertulis nyata didalam al-qur’an. Yang berarti bahwa kata-kata sederhana ini bukan hanya sekedar kalimat, tetapi menjadi sebuah motivasi untuk terus memperbaiki diri.

Aku memang punya cinta yang terbilang tidak biasa untuk seseorang, sampai saat inipun aku masih memperjuangkan rasa yang ku punya tanpa pernah ada kata lelah. Dan sampai detik inipun aku masih percaya bahwa dibalik rasa yang kupunya, ada campur tangan Tuhan yang mengizinkan aku untuk terus mencintainya. Masih mencintainya entah sampai kapan. Rasa ini memang tidak pernah ku sesalkan keberadaannya namun hanya ku khawatirkan akan seperti apa di masa depan nanti.

Cerita demi cerita aku resapi dalam-dalam. Banyak ku dengar perkenalan yang lama hanya berakhir dengan kebencian. Janji hati yang dulu tertulis tulus, akan menjadi busuk hanya dalam hitungan tahun. Ikrar sehidup semati hanya akan menjadi kenangan dan berakhir lebih dulu sebelum maut memisahkan. Jika semua sudah terjadi, hanya ada sisa kenangan dan ribuan pertanyaan, “kenapa dulu semua hal buruk tidak terlihat? Mengapa semua harus berakhir sebegini rupanya?” mungkin itu salah dua pertanyaan yang akan terpampang jelas diruang fikiran.

Keadaan memang bukan terdakwa apalagi hati, dan harusnya memang tidak perlu mempersalahkan apapun dan siapapun. Mungkin Tuhan sedang memberi waktu untuk sendiri dulu, menyuruh untuk lebih mencintai diri sendiri dulu sebelum memilih untuk mencintai orang lain lagi. Memang tidak mudah tetapi juga tidak bisa mengelak takdir. Jalani saja apa yang sudah terjadi, sambil terus menyembuhkan luka hati yang terbilang parah. Jatuh cinta lagi bukan satu-satunya cara untuk sembuh dari luka, fokus mengejar impian mungkin merupakan cara lain untuk bangkit.

Tenang saja, Tuhan akan selalu ada disaat semua orang pergi meninggalkan kita. Meski aku tidak berada diposisi seperti itu, aku hanya bisa meyakinkan bahwa dibalik kesakitan akan ada seseorang yang datang dengan menawarkan segudang ketulusan melebihi cinta yang pernah ada.

Rabu, 03 Desember 2014

Tahun ke-empat


Hari ini adalah tahun ke empat kita. Dimana sudah empat tahun bersama, meski belum menikmati hidup berdua setidaknya selama empat tahun ini kita selalu berbagi cerita.

Tahun pertama. Dari awal aku mengenal kamu, tidak pernah sedikitpun terbayang akan menjalin kasih dalam selang waktu selama ini denganmu. Membayangkan pertemuan kita saja enggan, apalagi mengkhayal tentang kebersamaan kita seperti ini. Kata orang ditahun pertama adalah tahun terberat, semua terbukti disela-sela perjalanan tahun pertama kita. Masih setengah hati. Sebelumnya aku hanya mengira bahwa selamanya kita akan berteman, setidaknya bersahabat. Iya, cinta kita tumbuh dari awal pertemanan yang terlalu singkat. Kamu merupakan anugerah Tuhan yang tidak pernah aku duga sebelumnya.

Meski terpaan kencang terus menghantam, kita masih mampu melewati kita untuk di tahun kedua. Harapanku selalu sama, selalu ingin kita menjadi lebih baik. Inginku selalu sama, selalu ingin agar waktu cepat mempersatukan kita. Kemauanku selalu sama, selalu ingin agar kemarahan tidak lagi menjadi sahabat kita. Tahun kedua ini belum ada perubahan yang signifikan, nampaknya Tuhan masih terus menguji seberapa besar keinginan kita untuk saling memiliki. Nampaknya keadaan masih ingin terus melihat seberapa besar perjuangan yang kita punya. Kehilangan, airmata, keterpurukan kita rasakan pada tahun ini. Merasakan pahitnya rasa kehilangan dengan cara dipaksa, merasakan pahitnya kesepian ditengah rindu yang menggunung.

Tahun ketiga. Semua mulai lebih baik pada tahun ini. Mungkin saja Tuhan sudah membukakan fikiran kita, menyadarkan bahwa kita masih saling membutuhkan. Lebih baik bukan berarti tidak lepas dari sebuah masalah. Masalah itu selalu kuartikan sebagai cobaan, cobaan yang mendewasakan untuk sebuah pelajaran hidup yang seharusnya tidak terjadi beberapa kali. Kesibukan dalam pekerjaan, pendidikan membuat waktuku hampir habis dua puluh empat jam. Jika beberapa orang menanyakan hal yang sama, “kenapa aku masih bertahan pada orang yang sama?” jawabannya hanya ada dihati. Hati yang mendorongku untuk terus mempertahankan kamu, mempertahankan hubungan yang sudah jatuh bangun dan sempat berdarah-darah. Tapi dibalik itu tak ada sedikitpun rasa sesal yang timbul. Bahkan berfikir untuk benar-benar pergi pun tidak pernah. Jalan hidupku yang memilih kamu, dan biar takdirku yang menentukan. Meski aku tidak pernah tau aku ditakdirkan untuk dan dengan siapa. Tetapi aku percaya bahwa Tuhan selalu mendengar celotehku di sepanjang hari. Satu hal sederhana yang aku minta dari Tuhan adalah agar kelak kamu menjadi imam didepan shafku beribadah, dengan diamini anak-anak kita sebagai makmumnya.

Dan hari ini tepat di tahun keempat. Dan kamu masih menjadi pembicaraanku dengan Tuhan. Jika ditanya apakah aku bahagia, ya aku tentu sangat bahagia. Apalagi jika sekarang kamu sedang berada disampingku, membicarakan tentang kita sampai gelak tawa terdengar renyah. Dari beribu pijakan langkah yang sudah kita torehkan dibeberapa tahun ini, aku tidak pernah lelah untuk menyayangi dan tidak pernah bosan untuk berdo’a atas impian yang kita ikrarkan dibawah langit. Semoga kamupun seperti itu.

Aku memang tidak bisa menjanjikan kesempurnaan untuk kamu, aku hanya bisa menjanjikan akan selalu ada disampingmu; menemanimu sesulit apapun.

Untuk ke-empat kalinya aku katakan, “selamat tanggal 03 calon imamku. Tetap jaga dan pupuk terus rasa yang ada sekarang, syukuri apa yang sudah kita punya karena itu kunci kebahagiaan”.