Tersadar bahwa aku sudah menyukai menulis sedari kecil, lebih suka
menumpahkan segala rasa dan asa diatas kertas. Bedanya saat ini aku mengungkapkannya lewat tarian
jemariku diatas keyboard dengan mengalunkan kata-kata yang ringan didengar dan nyata apa adanya.
Saat tak ada yang mampu mengerti, saat tak ada yang mempunyai waktu luang. Aku
menghabisi hari-hariku dengan menulis, tulisan yang bisa mengerti tanpa perlu
banyak bicara; tulisan yang mampu memahami tanpa pernah membantah.
Tulisan ini bukan perkara agar dibaca siapa, agar semenarik apa dimata
orang lain, agar dipuji sebagaimana. Bukan hal itu. Ini lebih dari nilai
kenyamanan yang aku lukis disetiap tatanan kata yang berasal dari dalam hati.
Meski sudah banyak kalimat-kalimat yang bertebaran diruang otakku, namun
jemariku seakan kaku untuk menyusunnya.
Mungkin aku hanya wanita yang sok sibuk dengan segala aktivitasku,
dengan waktu yang sangat minim dan bahkan tak pernah punya waktu untukmu. Aku
hanya perempuan kuliahan yang sedang berusaha mati-matian mewujudkan segala
cita-cita, membuat angan menjadi nyata. Kita sedang tidak berada di kota yang
berseberangan, tapi kenapa kamu terasa sangat jauh dari pandangan. Bukan sedang
berada di pulau seberang, tapi seakan kamu mustahil untuk digapai. Kita masih
berada dalam satu kota, namun karena kesibukanku kita serasa berada di dua kota
yang berbeda. Bahkan kita masih berada dalam satu provinsi yang sama, namun bayanganmu terlihat abu-abu.
Beruntungnya aku masih menyimpan semua hal tentang kita didalam galery ponselku, dengan begitu aku bisa
memandang setiap guratan-guratan senyum diwajahmu walau memang tak dapat ku
sentuh. Melihat wajahmu dalam bingkai foto pun tak apa bagiku, setidaknya aku
masih merasakan bahwa kamu ada. Kadang rindu yang sudah terlalu menggunung
hanya bisa diungkapkan lewat derai airmata yang seringkali jatuh dibalik layar.
Diluar aku terlihat baik-baik saja, tapi tidak dengan hatiku.
Aku ini hanya wanita yang tidak pandai memainkan kata didepan khalayak
banyak, lebih memilih mengunci diri dan menikmatinya dengan bertemankan sebuah
perangkat yang membuatku nyaman dalam bercerita. Aku tidak begitu paham, apakah
hanya aku yang memiliki rindu itu atau tidak. Bahkan jika sekalipun kamu tidak
merindukanku itu tak masalah, bukankah sesuatu yang tulus itu tidak mengharap
balas? Sekalipun jika aku diminta untuk berharap, aku akan berfikir beribu
kali. Karena apa? Karena aku tak ingin berharap diatas ketidakpastian yang bisa
jadi melukai hatiku. Hati yang begitu aku jaga agar tidak berdarah dan rusak.
Mungkin Tuhan belum mengizinkan kita untuk bertemu. Entah untuk kurun
waktu yang berapa lama; entah sebulan, dua bulan, tiga bulan bahkan setahun. Mungkin
saja Tuhan sedang menguji kita, seberapa besar setianya kita agar bisa menjaga
kerinduan ini. Mungkin saja Tuhan ingin melihat sejauh apa usaha kita untuk
tetap menumbuhkan rasa yang hakiki tanpa harus bertatap muka. Mungkin saja
Tuhan sedang menguji kejujuran hati kita dan melihat seberapa kuat pertahanan
kita tanpa mencari sandaran lain.
Meski rindu seringkali membuat hati pilu, aku akan tetap percaya bahwa
dalam pertemuan nanti akan menjadi pertemuan yang menyenangkan. Jikalau
pertemuan itu malah menjadi hal yang menyesakkan dada, mungkin itu cara Tuhan
memberitahu bahwa ada kecurangan yang terjadi disela-sela waktu saat kita jauh
dalam pandangan mata. Bukankah semua hal terjadi karena adanya sebab akibat?
Jika waktunya sudah tiba, semua menjadi hal yang tidak terelakkan.
Namamu sudah terpatri dalam setiap do’aku dan aku menitipkan kamu
didalam pengawasan Tuhan. Tugasku disini hanya percaya dan tidak akan menyerah
menjaga hati. Harapku, kamu pun melakukan
hal yang sama. Jikalau tidak, itu bukan lagi menjadi
urusanku. Biar itu menjadi urusanmu dengan Tuhan.
Bagiku, sekarang bukan lagi memperdebatkan siapa kamu; dari mana kamu;
bagaimana latar belakang kamu; seberapa kelamnya masalalu kamu. Melainkan siapa
yang mampu bertahan ditengah ujian yang ada, yang mampu setia menyimpan hanya
satu nama saja, yang mampu menjaga hati tanpa melibatkan hati yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar