Jumat, 20 Februari 2015

Ujian rindu


Tersadar bahwa aku sudah menyukai menulis sedari kecil, lebih suka menumpahkan segala rasa dan asa diatas kertas. Bedanya saat ini aku mengungkapkannya lewat tarian jemariku diatas keyboard dengan mengalunkan kata-kata yang ringan didengar dan nyata apa adanya. Saat tak ada yang mampu mengerti, saat tak ada yang mempunyai waktu luang. Aku menghabisi hari-hariku dengan menulis, tulisan yang bisa mengerti tanpa perlu banyak bicara; tulisan yang mampu memahami tanpa pernah membantah.

Tulisan ini bukan perkara agar dibaca siapa, agar semenarik apa dimata orang lain, agar dipuji sebagaimana. Bukan hal itu. Ini lebih dari nilai kenyamanan yang aku lukis disetiap tatanan kata yang berasal dari dalam hati. Meski sudah banyak kalimat-kalimat yang bertebaran diruang otakku, namun jemariku seakan kaku untuk menyusunnya.

Mungkin aku hanya wanita yang sok sibuk dengan segala aktivitasku, dengan waktu yang sangat minim dan bahkan tak pernah punya waktu untukmu. Aku hanya perempuan kuliahan yang sedang berusaha mati-matian mewujudkan segala cita-cita, membuat angan menjadi nyata. Kita sedang tidak berada di kota yang berseberangan, tapi kenapa kamu terasa sangat jauh dari pandangan. Bukan sedang berada di pulau seberang, tapi seakan kamu mustahil untuk digapai. Kita masih berada dalam satu kota, namun karena kesibukanku kita serasa berada di dua kota yang berbeda. Bahkan kita masih berada dalam satu provinsi yang sama, namun bayanganmu terlihat abu-abu.

Beruntungnya aku masih menyimpan semua hal tentang kita didalam galery ponselku, dengan begitu aku bisa memandang setiap guratan-guratan senyum diwajahmu walau memang tak dapat ku sentuh. Melihat wajahmu dalam bingkai foto pun tak apa bagiku, setidaknya aku masih merasakan bahwa kamu ada. Kadang rindu yang sudah terlalu menggunung hanya bisa diungkapkan lewat derai airmata yang seringkali jatuh dibalik layar. Diluar aku terlihat baik-baik saja, tapi tidak dengan hatiku. 

Aku ini hanya wanita yang tidak pandai memainkan kata didepan khalayak banyak, lebih memilih mengunci diri dan menikmatinya dengan bertemankan sebuah perangkat yang membuatku nyaman dalam bercerita. Aku tidak begitu paham, apakah hanya aku yang memiliki rindu itu atau tidak. Bahkan jika sekalipun kamu tidak merindukanku itu tak masalah, bukankah sesuatu yang tulus itu tidak mengharap balas? Sekalipun jika aku diminta untuk berharap, aku akan berfikir beribu kali. Karena apa? Karena aku tak ingin berharap diatas ketidakpastian yang bisa jadi melukai hatiku. Hati yang begitu aku jaga agar tidak berdarah dan rusak.

Mungkin Tuhan belum mengizinkan kita untuk bertemu. Entah untuk kurun waktu yang berapa lama; entah sebulan, dua bulan, tiga bulan bahkan setahun. Mungkin saja Tuhan sedang menguji kita, seberapa besar setianya kita agar bisa menjaga kerinduan ini. Mungkin saja Tuhan ingin melihat sejauh apa usaha kita untuk tetap menumbuhkan rasa yang hakiki tanpa harus bertatap muka. Mungkin saja Tuhan sedang menguji kejujuran hati kita dan melihat seberapa kuat pertahanan kita tanpa mencari sandaran lain.

Meski rindu seringkali membuat hati pilu, aku akan tetap percaya bahwa dalam pertemuan nanti akan menjadi pertemuan yang menyenangkan. Jikalau pertemuan itu malah menjadi hal yang menyesakkan dada, mungkin itu cara Tuhan memberitahu bahwa ada kecurangan yang terjadi disela-sela waktu saat kita jauh dalam pandangan mata. Bukankah semua hal terjadi karena adanya sebab akibat? Jika waktunya sudah tiba, semua menjadi hal yang tidak terelakkan.

Namamu sudah terpatri dalam setiap do’aku dan aku menitipkan kamu didalam pengawasan Tuhan. Tugasku disini hanya percaya dan tidak akan menyerah menjaga hati. Harapku, kamu pun melakukan hal yang sama. Jikalau tidak, itu bukan lagi menjadi urusanku. Biar itu menjadi urusanmu dengan Tuhan.

Bagiku, sekarang bukan lagi memperdebatkan siapa kamu; dari mana kamu; bagaimana latar belakang kamu; seberapa kelamnya masalalu kamu. Melainkan siapa yang mampu bertahan ditengah ujian yang ada, yang mampu setia menyimpan hanya satu nama saja, yang mampu menjaga hati tanpa melibatkan hati yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar