Ayah…
Apa kabarmu disana?
Bahagiakah kau disana?
Rindukah kau disana?
Bagaimana keadaanmu disana?
Aku yakin bahwa kau bahagia disana
Aku percaya, Tuhan menempatkanmu di tempat terbaik-Nya
Sudah berapa lama kita tak berjumpa?
Sudah berapa hari kita tak bertegur sapa?
Selama ini aku masih mengingat setiap gerak gerikmu
Aku masih teringat suara motormu kala kau pulang
Masih jelas senyumanmu di ingatanku
Masih begitu terasa pelukan yang kau berikan dibeberapa
tahun lalu
Ternyata waktu selama ini belum bisa membuatku percaya
Bahwa kau memang sudah tak lagi disini
Aku masih menganggap bahwa kau hanya pergi sementara
Dan akan kembali lagi ke pelukan keluarga yang begitu
teramat mencintaimu
Tak ada sedikitpun airmata yang bisa ku tahan
Kala aku terus terbayang wajahmu yang menyejukkan
Meski aku sudah menyibukkan diri di siang hari
Tetap saja aku selalu merindukanmu kala malam sudah
datang
Nyatanya aku tidak sekuat itu, ayah…
Aku tidak sekuat seperti apa yang orang lain bilang
Sampai saat ini aku masih saja lemah
Lemah dan cengeng jika teringat semua hal tentangmu
Aku belajar ikhlas dari kepergianmu meski itu sangat
sulit
Aku belajar berlapang dada untuk menerima takdir Tuhan
Ini tidak semudah ketika orang lain bilang “ikhlaskan saja”
Ini tidak segampang ketika orang lain berkata “dia sudah bahagia disana”
Jika aku bisa meminta banyak darimu
Tolong, ajarkan aku menjadi sosok sepertimu
Yang tahan banting atas segala terpaan yang begitu
menyakitkan hati
Yang tetap berdiri gagah kala penilaian orang lain begitu
menyayat relung hati
Yang tidak pernah mengeluh ketika cobaan terus datang
silih berganti
Tanpa ada kata sebentar dan tunggu…
Yang tidak pernah lupa untuk tersenyum
Ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan yang dinanti
Tolong ajarkan aku, bagaimana menjadi wanita yang mandiri
Yang tidak selalu merepotkan dan menyusahkan orang lain
Yang tidak mudah menangis ketika semua terasa melelahkan
Yang tidak mudah menyerah untuk semua yang akan kuhadapi
di masa depan nanti
Mungkinkah aku akan menemukan sosok sepertimu di pribadi
lelaki yang akan menjadi imamku nanti, yah?
Yang begitu menyayangiku tanpa ada kata tapi dan
mengharapkan timbale balik
Yang begitu menjagaku seperti kau menjagaku selama waktu
kau hidup
Yang bersedia menerima segala kekuranganku tanpa pernah
membenciku
Yang tak pernah menyakitiku…
Yang rela berpanas-panasan dan kehujanan untuk melakukan
kewajibannya demi keluarga kecilku
Yang mau menghapus airmataku dan menenangkanku bahwa
semua akan selalu baik-baik saja
Yang selalu mencintai aku melebihi mencintai dirinya
sendiri
Datangi aku dan peluk aku didalam mimpiku, yah…
Karena sudah terlalu lama kau pergi
Sudah lama juga kamu tidak hadir di mimpiku
Karena hanya lewat mimpi, satu-satunya cara untuk
mengurangi kerinduan yang begitu membuncah
Salam rindu,
Anakmu “Amy Yani”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar