Selasa, 31 Maret 2015

Kamu adalah rencana Tuhan yang tidak pernah aku tau

Mengenalmu menjadi hal baru bagiku dibeberapa tahun lalu, mengetahui namamu hingga melihat tekstur tubuhmu menjadi hal yang asing sejak pakaian putih abu-abu ku kenakan. Dari cerita kamu sempat salah ruangan hingga berada di ruangan yang sama denganku, semua hal itu tidak pernah aku gambarkan sebelumnya. Sejak kamu memperkenalkan diri didepan kelas, mulai dari situ mau tidak mau aku akan berkenalan denganmu. Satu tahun berlalu dan kita masih menjadi orang asing yang hidup dengan jalannya masing-masing. Tidak ada rasa cinta kala itu, berfikir untuk jatuh cinta denganmu saja tidak ada dibenakku. Kita hanya sebatas dua orang yang kenal nama, kenal wajah dan bicara seperlunya. Belum ada gelak tawa diantara kita, belum ada obrolan hangat yang kita celotehkan di masa itu. Aku dan kamu masih bertahan pada sikap acuh.
 
Dua tahun mendatang kita sudah lebih mengenal, berbicara layaknya seorang teman dan tersenyum ketika kedua mata bertemu. Namun pada saat itu belum juga ada rasa yang tumbuh. Sekali lagi, aku masih dengan hidupku dan kamu masih dengan jalanmu. Aku masih belum tau kehidupanmu seperti apa, pola pikirmu yang bagaimana, dan sifatmu yang sebenarnya seperti apa. Aku masih buta akan semua hal itu.

Dari semua hal yang kosong sekarang lebih berwarna-warni. Dari semua hal yang tidak mau aku ketahui sampai hal yang seharusnya aku tau. Kamu adalah rencana Tuhan yang tidak pernah aku tau, hadiah dari Tuhan yang tidak pernah aku impikan sebelumnya. Dari sosok yang tidak aku kenal hingga menjadi sosok yang terpenting dalam hidupku. Dari sosok yang belum pernah aku temui hingga menjadi sosok yang aku cita-citakan dimasa depan. Tuhan begitu baik hingga Dia memberikan sosok sepertimu, meski orang-orang diluar sana tidak mengatakan hal yang sama sepertiku. Aku tidak peduli. Terlalu buang-buang waktu jika aku harus mengiyakan semua perkataan mereka, terlalu bertele-tele jika aku harus mendengarkan setiap ucapan yang belum tentu benar. Aku percaya pada hatiku. Aku percaya pada takdir Tuhan. Aku percaya Tuhan akan memberikan hadiah terindah untukku. Cukup Tuhan saja yang aku percaya, bukan mereka.

Meski terkadang perselisihan tidak bisa aku hindarkan, aku selalu percaya bahwa didalamnya selalu ada jalan keluar. Meski terkadang air mata tidak bisa aku bending, aku selalu percaya bahagia akan selalu menyertai didalamnya. Bukan hal baru bagiku untuk jatuh cinta, tetapi orang sepertimu adalah bagian baru didalam kehidupanku. Meski rupawan, sifat dan perangainya tidak sempurna; pasti akan selalu ada kelebihan didalamnya.

Kamu adalah rencana Tuhan yang begitu banyak mengajarkanku untuk sebuah kesederhanaan. Orang-orangmu juga bagian dari rencana Tuhan yang sudah begitu banyak mengajarkanku untuk sebuah kebersamaan. Dari hal yang aku geluti selama beberapa tahun ini, aku belajar kesabaran dari setiap perselisihan.

Terimakasih untuk setiap hari-hari kebersamaan kita, untuk setiap gelak tawa yang kita ciptakan, untuk setiap pelukan hangat yang begitu menenangkan. Tetaplah bersamaku, membuktikan pada dunia bahwa kita mampu seterusnya berada disini bersama-sama apapun rintangannya.

Untuk yang tercinta..

Dari kekasihmu,

 yang juga teman sekelasmu
 dan yang juga sahabatmu

Selasa, 24 Maret 2015

Pribadi tertutup...

Membuka diri pada lingkungan luar mungkin bukan hal sulit bagi orang-orang yang mempunyai kepribadian ekstrovert. Tak perlu banyak berfikir dan tenaga untuk bisa membaur pada lingkungan baru dalam kurun waktu yang singkat. Merupakan hal yang mudah untuk mendapatkan banyak kawan di waktu dan tempat yang berbeda. Semua bisa saja dilakukan jika didukung dengan kepribadian yang supel dan percaya diri. Sayangnya, itu tidak terjadi pada orang-orang yang berkepribadian introvert.
 
Seringkali mereka selalu menganggap seorang yang mempunyai pribadi introvert adalah sombong, tidak ingin membaur, tidak ingin berkawan apalagi mengenal. Jika saja mereka paham bahwa tingkat kemudahan untuk berbaur pada lingkungan baru tidak semudah seperti yang dilakukan oleh orang-orang ekstrovert. Introvert membutuhkan proses untuk mengenal bahkan bisa berbulan-bulan atau bertahun-tahun hanya untuk sekedar dekat saja dengan kawan baru. Apalagi untuk bisa bersahabat, introvert terlihat lebih hati-hati dan sebenarnya pemerhati dalam sikap diamnya.  Dalam jiwa terbesit ingin sekali bisa mudah membaur tetapi seakan organ tubuh sulit untuk digerakkan. Dalam hati terbesit ingin sekali dengan mudahnya membuka obrolan baru, namun lidah seakan kelu untuk memulainya. Entah sebabnya apa, yaa itu memang yang dirasakan oleh pribadi introvert.

Jangan selalu berfikiran miring tentang mereka yang berkepribadian introvert, sama halnya jangan selalu berfikiran tidak baik terhadap sikapku. Karena bagaimanapun aku ini termasuk orang-orang yang sedang kubicarakan didalam tulisan ini. Bukannya tidak ingin bergaul, tetapi untuk dekat dengan orang baru saja seakan kakiku berat untuk melangkah. Bukannya acuh dan tidak ingin mengenal, tetapi aku lebih nyaman untuk diam dan memerhatikan lingkungan sekitar tanpa masuk kedalam areanya. Entah akan ku jelaskan dari segi apa dan sisi mana, memang kenyataannya pribadi introvert itu mempunyai teman yang lebih sedikit dari pada ekstrovert.

Jika saja mereka bisa lebih memahami setiap sikap introvert, mereka akan tau bahwa dibalik sikap pendiamnya ada kelebihan yang tidak kalah dari ekstrovert. Mungkin ekstrovert lebih unggul dari segi pergaulan, sedangkan introvert juga unggul dalam menganalisis dan mengamati setiap lingkungan. Mungkin salah satu dampak dari pribadi introvert ku ini adalah aku tidak suka untuk berpura-pura. Jika aku tidak suka lebih baik diam dan tidak menggubris, lain dengan seorang ekstrovert yang akan selalu mengutarakan setiap kekecewaannya pada khalayak banyak. Bukan karena lemah ataupun takut, introvert lebih tidak suka apabila ada sebuah keributan. Lebih suka memendam dan akan meledak seperti bom waktu.

Jika saja aku diberi pilihan antara kedua kepribadian ini, aku akan memilih tetap menjadi diriku seperti sekarang ini. Tanpa pura-pura tanpa sandiwara. Pergaulan luas memang penting tetapi buat apa jika didalamnya lebih banyak drama? Lebih baik seperti ini dengan sikap pendiamku, dengan begitu aku bisa lebih fokus dengan tujuan masa depanku tanpa perlu dipusingkan dengan banyaknya hal dan orang-orang yang penuh dengan sandiwara.

Bagaimanapun juga ini kehidupan nyata bukan drama.

Selasa, 17 Maret 2015

Tanpa cinta tulus mereka, aku bukan apa-apa…

Arti ibu bukan lagi hanya sekedar seorang wanita yang melahirkan dan membesarkan dengan kasih sayang yang luar biasa, bukan hanya seorang wanita tangguh yang mampu menyiapkan kebutuhan keluarganya, bukan hanya wanita yang mempunyai sabar tiada tara. Arti ibu melebihi semua itu. bukan hanya seorang wanita yang kedudukannya hanya bisa di rumah dan dapur saja. Peran ibu melebihi semua itu. Kita akan mengerti jika nanti sudah menjadi ibu, bukan lagi yang merepotkan tapi di repotkan. Bukan lagi yang harus ditenangkan tapi menenangkan. Bukan lagi yang harus dimanja tapi memanjakan. Roda kehidupan itu berputar, bukan? Yang ibu alami sekarang akan kita alami nanti. Bahkan jika saat ini kita sering melontarkan amarah akibat kekesalan dilingkungan luar, tak mustahil jika nanti generasi kita akan melakukan hal yang sama terhadap kita. Akan merasakan lelahnya seharian bergelut dengan pekerjaan rumah tetapi itu sudah menjadi tanggung jawab. Hingga bibir tak sempat lagi untuk mengeluh dan berkeluh kesah. Beliau wanita yang luar biasa untukku, satu-satunya perempuan yang bisa ku jadikan sahabat hidup. Jika bukan karena ibu, aku tidak akan pernah mampu bertahan melawan pahit manisnya kehidupan hingga detik ini. Bahkan saat aku memikirkan jika sudah menjadi ibu dari anak-anakku nanti, aku tidak sebegitu yakin apakah bisa setangguh beliau. Apakah bisa sekuat beliau, apakah bisa setabah beliau. Ah entahlah, aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya aku untuk menghadapi sulitnya hidup melebihi dari ini. Harus rela mengenyampingkan kebahagiaan sendiri demi orang lain.

Arti ayah pun juga bukan hanya sekedar seorang laki-laki yang pekerja keras, bukan hanya sekedar banting tulang hanya untuk meraup kepingan rupiah. Bukan hanya seorang laki-laki yang terlihat gagah saat berjalan, yang suaranya berat saat berbicara, yang sikapnya tegas saat mengambil keputusan. Ayahku lebih dari hal yang ku gambarkan diatas. Ayahku satu-satunya lelaki yang rela mati untuk putra-putrinya. Satu-satunya lelaki yang tak pernah menuntut imbalan, satu-satunya lelaki yang cintanya begitu tulus tanpa pamrih. Satu-satunya lelaki yang rela berjaga dua puluh empat jam untuk putra-putrinya, seakan beliau superhero yang tidak punya rasa lelah. Satu-satunya lelaki yang rela kehujanan dan kepanasan hanya demi keluarga yang dicintainya. Tak peduli sudah seberapa banyak kisaran umurnya, tak peduli sudah serapuh apa tulang-tulangnya, tak peduli sudah selemah apa kondisi fisiknya. Demi kebahagiaan keluarganya, apapun ia lakukan. Bagiku takkan ada lagi lelaki yang seperti dia, yang tetap berwibawa di wajah tenangnya. Meski aku akan mempunyai seorang imam kelak didalam keluarga kecilku, sosok ayah takkan pernah terganti. Meski aku begitu mencintai imamku nanti, tetap ayah adalah lelaki nomor satu yang ku cintai tanpa lekang oleh waktu.

Aku begitu mencintai mereka, meski terkadang mulut bisu untuk mengatakannya. Aku begitu mencintai mereka dengan seluruh hatiku, meski terkadang dengan sikap belum cukup untuk membuktikannya. Aku begitu mencintai mereka, melebihi cintaku terhadap apapun. Karena bagaimana mungkin aku bisa mengenyampingkan cinta mereka, jika nyatanya memang hanya cinta mereka yang begitu tulus tanpa mengharap balas jasa. Karena bagaimana mungkin aku tidak mencintai mereka, jika nyatanya hanya sosok mereka yang setia menemaniku ketika dunia terasa sepi dan gelap. Disela do’a terus ku panjatkan kebahagiaan untuk mereka, kebahagiaan dunia akhirat yang takkan pernah henti.

Perangaiku memang terlihat acuh tetapi tidak pada hatiku bu, yah. Sikapku memang terlihat cuek dan seperti tak mau tau, tetapi tidak pada fikiranku. Melihatmu bersedih, hatiku serasa hancur meski memang air mata tak pernah terlihat dari sudut mataku. Ketika salah satu dari kalian pergi, hidupku kehilangan arah dan terasa mati meski diluar aku masih terlihat baik-baik saja. Aku selalu saja menipu diriku dihadapan kalian. Karena akupun tau, kesedihanku akan membuat kegundahan baru untuk kalian. Akupun sadar diri bu, yah. Aku belum bisa membahagiakanmu, maka aku pun tidak ingin memperlihatkan kesedihanku. Karena bagiku terlihat baik-baik saja dihadapanmu itu sudah bisa mengurangi beban kalian walaupun hanya sedikit.

Terimakasih, terimakasih untuk cinta kalian yang begitu tulus dan luar biasa. Tanpa cinta kalian aku bukanlah apa-apa. Tanpa cinta kalian aku takkan pernah ada disini.

Dan teruntuk ayah, tetaplah menungguku disana. Karena keyakinan untuk bisa bersamamu lagi begitu besar didalam jiwa. ~~