Selasa, 17 Maret 2015

Tanpa cinta tulus mereka, aku bukan apa-apa…

Arti ibu bukan lagi hanya sekedar seorang wanita yang melahirkan dan membesarkan dengan kasih sayang yang luar biasa, bukan hanya seorang wanita tangguh yang mampu menyiapkan kebutuhan keluarganya, bukan hanya wanita yang mempunyai sabar tiada tara. Arti ibu melebihi semua itu. bukan hanya seorang wanita yang kedudukannya hanya bisa di rumah dan dapur saja. Peran ibu melebihi semua itu. Kita akan mengerti jika nanti sudah menjadi ibu, bukan lagi yang merepotkan tapi di repotkan. Bukan lagi yang harus ditenangkan tapi menenangkan. Bukan lagi yang harus dimanja tapi memanjakan. Roda kehidupan itu berputar, bukan? Yang ibu alami sekarang akan kita alami nanti. Bahkan jika saat ini kita sering melontarkan amarah akibat kekesalan dilingkungan luar, tak mustahil jika nanti generasi kita akan melakukan hal yang sama terhadap kita. Akan merasakan lelahnya seharian bergelut dengan pekerjaan rumah tetapi itu sudah menjadi tanggung jawab. Hingga bibir tak sempat lagi untuk mengeluh dan berkeluh kesah. Beliau wanita yang luar biasa untukku, satu-satunya perempuan yang bisa ku jadikan sahabat hidup. Jika bukan karena ibu, aku tidak akan pernah mampu bertahan melawan pahit manisnya kehidupan hingga detik ini. Bahkan saat aku memikirkan jika sudah menjadi ibu dari anak-anakku nanti, aku tidak sebegitu yakin apakah bisa setangguh beliau. Apakah bisa sekuat beliau, apakah bisa setabah beliau. Ah entahlah, aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana jadinya aku untuk menghadapi sulitnya hidup melebihi dari ini. Harus rela mengenyampingkan kebahagiaan sendiri demi orang lain.

Arti ayah pun juga bukan hanya sekedar seorang laki-laki yang pekerja keras, bukan hanya sekedar banting tulang hanya untuk meraup kepingan rupiah. Bukan hanya seorang laki-laki yang terlihat gagah saat berjalan, yang suaranya berat saat berbicara, yang sikapnya tegas saat mengambil keputusan. Ayahku lebih dari hal yang ku gambarkan diatas. Ayahku satu-satunya lelaki yang rela mati untuk putra-putrinya. Satu-satunya lelaki yang tak pernah menuntut imbalan, satu-satunya lelaki yang cintanya begitu tulus tanpa pamrih. Satu-satunya lelaki yang rela berjaga dua puluh empat jam untuk putra-putrinya, seakan beliau superhero yang tidak punya rasa lelah. Satu-satunya lelaki yang rela kehujanan dan kepanasan hanya demi keluarga yang dicintainya. Tak peduli sudah seberapa banyak kisaran umurnya, tak peduli sudah serapuh apa tulang-tulangnya, tak peduli sudah selemah apa kondisi fisiknya. Demi kebahagiaan keluarganya, apapun ia lakukan. Bagiku takkan ada lagi lelaki yang seperti dia, yang tetap berwibawa di wajah tenangnya. Meski aku akan mempunyai seorang imam kelak didalam keluarga kecilku, sosok ayah takkan pernah terganti. Meski aku begitu mencintai imamku nanti, tetap ayah adalah lelaki nomor satu yang ku cintai tanpa lekang oleh waktu.

Aku begitu mencintai mereka, meski terkadang mulut bisu untuk mengatakannya. Aku begitu mencintai mereka dengan seluruh hatiku, meski terkadang dengan sikap belum cukup untuk membuktikannya. Aku begitu mencintai mereka, melebihi cintaku terhadap apapun. Karena bagaimana mungkin aku bisa mengenyampingkan cinta mereka, jika nyatanya memang hanya cinta mereka yang begitu tulus tanpa mengharap balas jasa. Karena bagaimana mungkin aku tidak mencintai mereka, jika nyatanya hanya sosok mereka yang setia menemaniku ketika dunia terasa sepi dan gelap. Disela do’a terus ku panjatkan kebahagiaan untuk mereka, kebahagiaan dunia akhirat yang takkan pernah henti.

Perangaiku memang terlihat acuh tetapi tidak pada hatiku bu, yah. Sikapku memang terlihat cuek dan seperti tak mau tau, tetapi tidak pada fikiranku. Melihatmu bersedih, hatiku serasa hancur meski memang air mata tak pernah terlihat dari sudut mataku. Ketika salah satu dari kalian pergi, hidupku kehilangan arah dan terasa mati meski diluar aku masih terlihat baik-baik saja. Aku selalu saja menipu diriku dihadapan kalian. Karena akupun tau, kesedihanku akan membuat kegundahan baru untuk kalian. Akupun sadar diri bu, yah. Aku belum bisa membahagiakanmu, maka aku pun tidak ingin memperlihatkan kesedihanku. Karena bagiku terlihat baik-baik saja dihadapanmu itu sudah bisa mengurangi beban kalian walaupun hanya sedikit.

Terimakasih, terimakasih untuk cinta kalian yang begitu tulus dan luar biasa. Tanpa cinta kalian aku bukanlah apa-apa. Tanpa cinta kalian aku takkan pernah ada disini.

Dan teruntuk ayah, tetaplah menungguku disana. Karena keyakinan untuk bisa bersamamu lagi begitu besar didalam jiwa. ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar