Arti ibu bukan
lagi hanya sekedar seorang wanita yang melahirkan dan membesarkan dengan kasih
sayang yang luar biasa, bukan hanya seorang wanita tangguh yang mampu
menyiapkan kebutuhan keluarganya, bukan hanya wanita yang mempunyai sabar tiada
tara. Arti ibu melebihi semua itu. bukan hanya seorang wanita yang kedudukannya
hanya bisa di rumah dan dapur saja. Peran ibu melebihi semua itu. Kita akan
mengerti jika nanti sudah menjadi ibu, bukan lagi yang merepotkan tapi di
repotkan. Bukan lagi yang harus ditenangkan tapi menenangkan. Bukan lagi yang
harus dimanja tapi memanjakan. Roda kehidupan itu berputar, bukan? Yang ibu
alami sekarang akan kita alami nanti. Bahkan jika saat ini kita sering
melontarkan amarah akibat kekesalan dilingkungan luar, tak mustahil jika nanti
generasi kita akan melakukan hal yang sama terhadap kita. Akan merasakan
lelahnya seharian bergelut dengan pekerjaan rumah tetapi itu sudah menjadi
tanggung jawab. Hingga bibir tak sempat lagi untuk mengeluh dan berkeluh kesah.
Beliau wanita yang luar biasa untukku, satu-satunya perempuan yang bisa ku
jadikan sahabat hidup. Jika bukan karena ibu, aku tidak akan pernah mampu
bertahan melawan pahit manisnya kehidupan hingga detik ini. Bahkan saat aku
memikirkan jika sudah menjadi ibu dari anak-anakku nanti, aku tidak sebegitu
yakin apakah bisa setangguh beliau. Apakah bisa sekuat beliau, apakah bisa
setabah beliau. Ah entahlah, aku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana
jadinya aku untuk menghadapi sulitnya hidup melebihi dari ini. Harus rela
mengenyampingkan kebahagiaan sendiri demi orang lain.
Arti ayah pun
juga bukan hanya sekedar seorang laki-laki yang pekerja keras, bukan hanya
sekedar banting tulang hanya untuk meraup kepingan rupiah. Bukan hanya seorang
laki-laki yang terlihat gagah saat berjalan, yang suaranya berat saat
berbicara, yang sikapnya tegas saat mengambil keputusan. Ayahku lebih dari hal
yang ku gambarkan diatas. Ayahku satu-satunya lelaki yang rela mati untuk
putra-putrinya. Satu-satunya lelaki yang tak pernah menuntut imbalan,
satu-satunya lelaki yang cintanya begitu tulus tanpa pamrih. Satu-satunya
lelaki yang rela berjaga dua puluh empat jam untuk putra-putrinya, seakan
beliau superhero yang tidak punya rasa lelah. Satu-satunya lelaki yang rela
kehujanan dan kepanasan hanya demi keluarga yang dicintainya. Tak peduli sudah seberapa
banyak kisaran umurnya, tak peduli sudah serapuh apa tulang-tulangnya, tak
peduli sudah selemah apa kondisi fisiknya. Demi kebahagiaan keluarganya, apapun
ia lakukan. Bagiku takkan ada lagi lelaki yang seperti dia, yang tetap
berwibawa di wajah tenangnya. Meski aku akan mempunyai seorang imam kelak
didalam keluarga kecilku, sosok ayah takkan pernah terganti. Meski aku begitu
mencintai imamku nanti, tetap ayah adalah lelaki nomor satu yang ku cintai
tanpa lekang oleh waktu.
Aku begitu
mencintai mereka, meski terkadang mulut bisu untuk mengatakannya. Aku begitu
mencintai mereka dengan seluruh hatiku, meski terkadang dengan sikap belum
cukup untuk membuktikannya. Aku begitu mencintai mereka, melebihi cintaku
terhadap apapun. Karena bagaimana mungkin aku bisa mengenyampingkan cinta
mereka, jika nyatanya memang hanya cinta mereka yang begitu tulus tanpa
mengharap balas jasa. Karena bagaimana mungkin aku tidak mencintai mereka, jika
nyatanya hanya sosok mereka yang setia menemaniku ketika dunia terasa sepi dan
gelap. Disela do’a terus ku panjatkan kebahagiaan untuk mereka, kebahagiaan
dunia akhirat yang takkan pernah henti.
Perangaiku memang terlihat acuh tetapi tidak
pada hatiku bu, yah. Sikapku memang terlihat cuek dan seperti tak mau tau,
tetapi tidak pada fikiranku. Melihatmu bersedih, hatiku serasa hancur meski
memang air mata tak pernah terlihat dari sudut mataku. Ketika salah satu dari kalian
pergi, hidupku kehilangan arah dan terasa mati meski diluar aku masih terlihat
baik-baik saja. Aku selalu saja menipu diriku dihadapan kalian. Karena akupun
tau, kesedihanku akan membuat kegundahan baru untuk kalian. Akupun sadar diri
bu, yah. Aku belum bisa membahagiakanmu, maka aku pun tidak ingin
memperlihatkan kesedihanku. Karena bagiku terlihat baik-baik saja dihadapanmu
itu sudah bisa mengurangi beban kalian walaupun hanya sedikit.
Terimakasih, terimakasih untuk cinta kalian
yang begitu tulus dan luar biasa. Tanpa cinta kalian aku bukanlah apa-apa. Tanpa
cinta kalian aku takkan pernah ada disini.
Dan teruntuk ayah, tetaplah menungguku
disana. Karena keyakinan untuk bisa bersamamu lagi begitu besar didalam jiwa.
~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar