Aku mengenal laki-laki ini semasa
duduk di bangku sekolah menengah kejuruan. Putih abu-abu menjadi saksi
bagaimana rasa itu mulai ada dan berkembang menjadi besar. Berawal dari tatap
muka, mengenal nama hingga masuk jauh ke dalam kehidupan asing yang antah
berantah. Mengenal sebuah kehidupan seorang laki-laki yang tak pernah aku
impikan sebelumnya, tak pernah tergambar dalam imajinasiku. Mengenal orang-orang
disekitarnya yang begitu bersahabat, yang membuatku penasaran untuk mengenal
lebih dalam lagi tentang mereka. Ya, sejak beberapa tahun silam laki-laki ini berhasil
membuat ku mampu berdogeng setiap harinya. Laki-laki yang membuatku tau bahwa
jatuh cinta pada orang yang sama tidak selalu terlihat buruk, membuatku
mengerti bahwa hidup ini tidak serumit seperti yang pernah ku bayangkan
sebelumnya.
Bagi anak seusia 17 tahun,
memikirkan masa depan bersama laki-laki yang baru beberapa tahun dikenal memang
belum pantas. Makanya dulu aku tidak pernah membayangkan terlalu jauh akan
seperti apa nantinya hubungan ini, akan seindah apa cerita ini. Wajahnya begitu
asing untuk ku lihat, tak ada ketertarikan sama sekali ketika mata memandang
jauh ke arah depan kelas sambil menyimak awal perkenalan identitasnya. Tuhan mempertemukanku
dengan laki-laki ini dalam lingkungan sekolah yang sama, satu pergaulan yang
sama, satu kelas yang sama, satu perkumpulan teman yang sama, dan usianya pun
sama. Kita sempat mempunyai cerita masing-masing sebelum membangun dongeng yang
sama, kita sempat mempunyai jalan berbeda sebelum memutuskan untuk menyatukan
tujuan yang sama.
Bagiku, perjalanan yang masih
berdiri kokoh hingga saat ini tidak terbilang mudah. Banyak luka didalamnya,
banyak coretan-coretan didalam buku ceritanya, banyak warna gelap dan terang
agar terlihat lebih bervariasi. Tidak hanya monoton; hitam putih saja. Walau begitu
aku sungguh menikmatinya. Jalan panjang ini membuatku lebih mengerti bagaimana
menghargai orang lain, bagaimana menghargai waktu yang masih tersedia,
bagaimana melawan keegoisan demi kebahagiaan bersama, bagaimana indahnya saling
berbagi dan memahami. Semua ku dapat selama beberapa tahun ini bersamanya. Hampir
setengah lusin umur perjalanan ini terasa begitu cepat bergulir. Kita semakin
dewasa, semakin tidak sabar untuk melukis kerajaan kecil yang akan kita bangun
bersama. Membangun dari nol agar perjuangan lebih terasa, agar ketika hati
lelah pada waktunya tidak mudah untuk menyerah dan meninggalkan.
Selamat berjuang untuk kita wahai
kekasih hati, wahai sahabat, wahai musuh konyol, wahai teman seperjuangan. Keberuntungan
itu selalu ku syukuri karena aku memiliki seorang kekasih dan sahabat pada satu
wujud yang sama.
Semoga kamu juga mensyukuri
keberadaanku, yang tak lain dan tak bukan juga kekasih dan sahabatmu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar