Senin, 18 Januari 2016

Kekasihku sahabatku sendiri

Aku mengenal laki-laki ini semasa duduk di bangku sekolah menengah kejuruan. Putih abu-abu menjadi saksi bagaimana rasa itu mulai ada dan berkembang menjadi besar. Berawal dari tatap muka, mengenal nama hingga masuk jauh ke dalam kehidupan asing yang antah berantah. Mengenal sebuah kehidupan seorang laki-laki yang tak pernah aku impikan sebelumnya, tak pernah tergambar dalam imajinasiku. Mengenal orang-orang disekitarnya yang begitu bersahabat, yang membuatku penasaran untuk mengenal lebih dalam lagi tentang mereka. Ya, sejak beberapa tahun silam laki-laki ini berhasil membuat ku mampu berdogeng setiap harinya. Laki-laki yang membuatku tau bahwa jatuh cinta pada orang yang sama tidak selalu terlihat buruk, membuatku mengerti bahwa hidup ini tidak serumit seperti yang pernah ku bayangkan sebelumnya.
 
Bagi anak seusia 17 tahun, memikirkan masa depan bersama laki-laki yang baru beberapa tahun dikenal memang belum pantas. Makanya dulu aku tidak pernah membayangkan terlalu jauh akan seperti apa nantinya hubungan ini, akan seindah apa cerita ini. Wajahnya begitu asing untuk ku lihat, tak ada ketertarikan sama sekali ketika mata memandang jauh ke arah depan kelas sambil menyimak awal perkenalan identitasnya. Tuhan mempertemukanku dengan laki-laki ini dalam lingkungan sekolah yang sama, satu pergaulan yang sama, satu kelas yang sama, satu perkumpulan teman yang sama, dan usianya pun sama. Kita sempat mempunyai cerita masing-masing sebelum membangun dongeng yang sama, kita sempat mempunyai jalan berbeda sebelum memutuskan untuk menyatukan tujuan yang sama.
 
Bagiku, perjalanan yang masih berdiri kokoh hingga saat ini tidak terbilang mudah. Banyak luka didalamnya, banyak coretan-coretan didalam buku ceritanya, banyak warna gelap dan terang agar terlihat lebih bervariasi. Tidak hanya monoton; hitam putih saja. Walau begitu aku sungguh menikmatinya. Jalan panjang ini membuatku lebih mengerti bagaimana menghargai orang lain, bagaimana menghargai waktu yang masih tersedia, bagaimana melawan keegoisan demi kebahagiaan bersama, bagaimana indahnya saling berbagi dan memahami. Semua ku dapat selama beberapa tahun ini bersamanya. Hampir setengah lusin umur perjalanan ini terasa begitu cepat bergulir. Kita semakin dewasa, semakin tidak sabar untuk melukis kerajaan kecil yang akan kita bangun bersama. Membangun dari nol agar perjuangan lebih terasa, agar ketika hati lelah pada waktunya tidak mudah untuk menyerah dan meninggalkan.
 
Selamat berjuang untuk kita wahai kekasih hati, wahai sahabat, wahai musuh konyol, wahai teman seperjuangan. Keberuntungan itu selalu ku syukuri karena aku memiliki seorang kekasih dan sahabat pada satu wujud yang sama.
 
Semoga kamu juga mensyukuri keberadaanku, yang tak lain dan tak bukan juga kekasih dan sahabatmu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar