Bersabar adalah tekanan emosi
yang sengaja dipendam agar tidak terjadi keributan, memilih diam meski hati
terus menentang. Aku berusaha menahan segala amarah dan emosi untuk kamu, agar
hubungan kita tetap baik baik saja. Agar kata lelah tidak lagi terucap, agar
airmata tidak lagi terkuras banyak. Ketika janji tidak lagi kamu tepati dan
bodohnya aku masih saja terus menanti. Ketika kabar tidak lagi kunjung datang
dan tololnya aku masih saja terus berharap.
Ditengah malam dan dipenghujung
waktu tidurku, ponselku bergetar menuliskan namamu. Tidak ada senyum apalagi
tawa, tidak ada amarah apalagi sesal. Aku membuka pesan singkatmu dengan
gontai, aku membaca kata perkata penjelasanmu dengan derai airmata yang tidak
sengaja berjatuhan. Aku marah tapi aku tidak ingin marah. Aku kecewa tapi aku
tidak ingin meluapkannya. Memang terkadang menuju perubahan diri itu sulit,
dorongan untuk menyerah begitu besar tetapi hati tetap menahan.
Aku belajar sabar itu untuk kamu.
Aku hanya ingin bersama dan menua denganmu. Menata angan agar tujuan kita
terwujud, bukan hanya sekedar mimpi yang semu. Aku tidak peduli seberapa banyak
persepsi orang lain yang menyudutkan hubungan kita, yang mengiyakan bahwa kamu tidak
lebih baik dari mereka. Aku selalu percaya bahwa semua hal yang terjadi untuk
sebuah alasan. Aku selalu yakin bahwa pertemuan yang Tuhan ciptakan diantara
kita untuk sebuah maksud. Dan bahkan aku tidak pernah tau kamu tercipta untuk
aku miliki atau hanya sekedar bagian hidup yang aku kenang di masa depan. Tapi
tidak ada salahnya jika kita berusaha, memperjuangkan cita dan cinta kita.
Kita selalu punya cerita bahagia.
Bahkan disaat menurut orang lain cerita itu sebuah kesalahan. Aku selalu punya
rasa nyaman kala berada disampingmu, duduk berdua bersandar dibahumu sambil
menikmati aroma tubuhmu yang selalu aku rindukan. Aku selalu merasa tenang
ketika aku sudah menatap wajahmu, duduk tepat berada didepanmu sambil menatap
wajahmu tanpa ada jarak yang menghalangi. Ketika aku rindu, aku mengingat itu. Aku
mengingat tingkah laku konyol kita yang membuat orang lain heran, mengingat
tawa terbahak-bahaknya kita seakan dunia hanya milik kita. Mengingat kecupan
kening yang selalu kamu daratkan ketika kamu pamit pulang. Aku selalu menyukai
semua bagian bersama kamu, dari hal terkecil sampai hal yang tidak bisa aku
gambarkan.
Aku ingin terus melihat senyummu
tanpa ada goresan amarah. Aku ingin kita terus tertawa tanpa ada luapan emosi. Ini
alasan kenapa aku belajar bersabar dan menahan keegoisanku saat ini. Untuk kamu,
hanya untuk kamu. Kamu mengerti kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar