Senin, 25 Agustus 2014

Aku belajar sabar untuk kamu


Bersabar adalah tekanan emosi yang sengaja dipendam agar tidak terjadi keributan, memilih diam meski hati terus menentang. Aku berusaha menahan segala amarah dan emosi untuk kamu, agar hubungan kita tetap baik baik saja. Agar kata lelah tidak lagi terucap, agar airmata tidak lagi terkuras banyak. Ketika janji tidak lagi kamu tepati dan bodohnya aku masih saja terus menanti. Ketika kabar tidak lagi kunjung datang dan tololnya aku masih saja terus berharap.

Ditengah malam dan dipenghujung waktu tidurku, ponselku bergetar menuliskan namamu. Tidak ada senyum apalagi tawa, tidak ada amarah apalagi sesal. Aku membuka pesan singkatmu dengan gontai, aku membaca kata perkata  penjelasanmu dengan derai airmata yang tidak sengaja berjatuhan. Aku marah tapi aku tidak ingin marah. Aku kecewa tapi aku tidak ingin meluapkannya. Memang terkadang menuju perubahan diri itu sulit, dorongan untuk menyerah begitu besar tetapi hati tetap menahan.

Aku belajar sabar itu untuk kamu. Aku hanya ingin bersama dan menua denganmu. Menata angan agar tujuan kita terwujud, bukan hanya sekedar mimpi yang semu. Aku tidak peduli seberapa banyak persepsi orang lain yang menyudutkan hubungan kita, yang mengiyakan bahwa kamu tidak lebih baik dari mereka. Aku selalu percaya bahwa semua hal yang terjadi untuk sebuah alasan. Aku selalu yakin bahwa pertemuan yang Tuhan ciptakan diantara kita untuk sebuah maksud. Dan bahkan aku tidak pernah tau kamu tercipta untuk aku miliki atau hanya sekedar bagian hidup yang aku kenang di masa depan. Tapi tidak ada salahnya jika kita berusaha, memperjuangkan cita dan cinta kita.

Kita selalu punya cerita bahagia. Bahkan disaat menurut orang lain cerita itu sebuah kesalahan. Aku selalu punya rasa nyaman kala berada disampingmu, duduk berdua bersandar dibahumu sambil menikmati aroma tubuhmu yang selalu aku rindukan. Aku selalu merasa tenang ketika aku sudah menatap wajahmu, duduk tepat berada didepanmu sambil menatap wajahmu tanpa ada jarak yang menghalangi. Ketika aku rindu, aku mengingat itu. Aku mengingat tingkah laku konyol kita yang membuat orang lain heran, mengingat tawa terbahak-bahaknya kita seakan dunia hanya milik kita. Mengingat kecupan kening yang selalu kamu daratkan ketika kamu pamit pulang. Aku selalu menyukai semua bagian bersama kamu, dari hal terkecil sampai hal yang tidak bisa aku gambarkan.

Aku ingin terus melihat senyummu tanpa ada goresan amarah. Aku ingin kita terus tertawa tanpa ada luapan emosi. Ini alasan kenapa aku belajar bersabar dan menahan keegoisanku saat ini. Untuk kamu, hanya untuk kamu. Kamu mengerti kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar