Malam semakin larut
dengan rindu yang semakin mengeras. Senyum polos, wajah datar, tawa ceria tidak
lagi menghiasi bilik-bilik kediaman kami. Entah disana kalian tetap mempunyai
tawa ceria itu atau malah sebaliknya. Entah disana kalian merindukan kami atau
sudah bahagia dengan kebiasaan hidup yang terpaksa dijalani itu. Saya memang
tidak paham betul apa yang kalian rasakan, seberapa banyak keinginan kalian
yang dipendam secara paksa.
Malaikat kecil, apa
kabar kalian? Sudah besar kah? Bagaimana dengan sekolah barunya? Menyenangkan
kah? Bagaimana dengan teman baru kalian? Selucu kalian kah? Saya sudah tidak
punya gambaran lagi tentang kalian diingatan saya. Setiap membayangkan, hati
seakan remuk redam. Jika saya mempunyai kekuatan, kemampuan yang luar biasa.
Saya mungkin sudah membawa pergi dari tempat yang membuat kalian merasa tidak
nyaman. Barangkali saya sudah membawa kalian sejauh mungkin menghilang dari
mereka yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Tanpa memikirkan bagaimana
hancurnya psikis dan hati kalian.
Terimakasih karena
kalian menjadi sebuah kesadaran bagi saya, bahwa titipan Tuhan sepantasnya
harus dijaga tanpa boleh sedikitpun menggoreskan luka dihati. Terimakasih
karena kalian menjadi sebuah pelajaran untuk saya, bahwa hidup tidak semudah
hanya sekedar teori. Terimakasih karena kalian membuat saya mengerti bahwa
hidup ini bukan hanya sekedar aku mencintai kamu dan kamu mencintai aku; tapi
bagaimana caranya cinta akan tetap tumbuh sampai diakhir waktu tanpa pernah
layu, tanpa pernah mengingkari ikrar. Terimakasih karena kalian membuat saya
bisa belajar bagaimana menjadi wanita kuat ditengah badai yang memaksa untuk
menyerah, wanita tangguh saat wanita lain berkata pasrah, wanita yang akan
tetap tersenyum disaat wanita lain hanya bisa meratapi segala kelemahannya.
Allah, jika saya
boleh meminta lagi ditengah permintaan saya yang sudah terlalu banyak. Saya
ingin penjagaan-Mu selalu lekat didalam kehidupan malaikat-malaikat kecil saya.
Limpahkan segala kebahagiaan tanpa putus dan tanpa ada rasa kekurangan. Saya
belajar dengan ikhlas dengan kepergian Ayah yang terlalu cepat, tapi saya belum
bisa mengikhlaskan jika saya harus kehilangan orang yang saya cintai untuk
kedua kalinya. Maaf Allah maaf, saya hanya wanita biasa yang terkadang
merindukan mereka yang keberadaannya sudah jauh dari pandangan saya. ~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar