Jumat, 22 Agustus 2014

Malaikat kecil, apa kabar kalian?

Malam semakin larut dengan rindu yang semakin mengeras. Senyum polos, wajah datar, tawa ceria tidak lagi menghiasi bilik-bilik kediaman kami. Entah disana kalian tetap mempunyai tawa ceria itu atau malah sebaliknya. Entah disana kalian merindukan kami atau sudah bahagia dengan kebiasaan hidup yang terpaksa dijalani itu. Saya memang tidak paham betul apa yang kalian rasakan, seberapa banyak keinginan kalian yang dipendam secara paksa.

Malaikat kecil, apa kabar kalian? Sudah besar kah? Bagaimana dengan sekolah barunya? Menyenangkan kah? Bagaimana dengan teman baru kalian? Selucu kalian kah? Saya sudah tidak punya gambaran lagi tentang kalian diingatan saya. Setiap membayangkan, hati seakan remuk redam. Jika saya mempunyai kekuatan, kemampuan yang luar biasa. Saya mungkin sudah membawa pergi dari tempat yang membuat kalian merasa tidak nyaman. Barangkali saya sudah membawa kalian sejauh mungkin menghilang dari mereka yang hanya memikirkan kepentingannya sendiri. Tanpa memikirkan bagaimana hancurnya psikis dan hati kalian.

Terimakasih karena kalian menjadi sebuah kesadaran bagi saya, bahwa titipan Tuhan sepantasnya harus dijaga tanpa boleh sedikitpun menggoreskan luka dihati. Terimakasih karena kalian menjadi sebuah pelajaran untuk saya, bahwa hidup tidak semudah hanya sekedar teori. Terimakasih karena kalian membuat saya mengerti bahwa hidup ini bukan hanya sekedar aku mencintai kamu dan kamu mencintai aku; tapi bagaimana caranya cinta akan tetap tumbuh sampai diakhir waktu tanpa pernah layu, tanpa pernah mengingkari ikrar. Terimakasih karena kalian membuat saya bisa belajar bagaimana menjadi wanita kuat ditengah badai yang memaksa untuk menyerah, wanita tangguh saat wanita lain berkata pasrah, wanita yang akan tetap tersenyum disaat wanita lain hanya bisa meratapi segala kelemahannya.

Allah, jika saya boleh meminta lagi ditengah permintaan saya yang sudah terlalu banyak. Saya ingin penjagaan-Mu selalu lekat didalam kehidupan malaikat-malaikat kecil saya. Limpahkan segala kebahagiaan tanpa putus dan tanpa ada rasa kekurangan. Saya belajar dengan ikhlas dengan kepergian Ayah yang terlalu cepat, tapi saya belum bisa mengikhlaskan jika saya harus kehilangan orang yang saya cintai untuk kedua kalinya. Maaf Allah maaf, saya hanya wanita biasa yang terkadang merindukan mereka yang keberadaannya sudah jauh dari pandangan saya. ~~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar