Rabu, 24 September 2014

Semua terasa memuakkan ketika sudah berada diujung garis lelah


Kian hari kecemasan itu kian meninggi. Hari ke hari aku mengamati perubahan sikapmu, kata per kata ucapan yang terlontar dari mulutmu membuat rasa cemasku kian menguat. Kali ini bukan cemas karena kehilanganmu, bukan pula takut kamu akan mempunyai kebahagiaan selain aku. Tapi aku mencemaskan diriku sendiri. Aku cemas bagaimana jadinya jika aku sudah kelelahan bertahan untukmu, bertahan untuk mewujudkan semua impian kita. Semua terasa memuakkan ketika sudah berada diujung garis kelelahan. Aku terus menapik semua fikiran yang sempat mampir, fikiran yang sempat menyuruhku untuk menyerah sampai disini saja. Dengan semua amarah dan emosimu yang belum juga menemui titik selesai, aku sudah mulai kelelahan untuk mengimbanginya. Aku hampir kehabisan cara agar kamu bisa tenang dan tetap dingin menyelesaikan satu persatu perkara yang datang. 

Aku memintamu berubah menjadi lebih baik bukan karena aku tidak menerima apa adanya kamu, bukan pula tidak mampu menerima segala kekuranganmu. Hanya saja aku selalu ingat bahwa semua perkara yang diselesaikan dengan emosi hanya akan berujung saling menyakiti. Tidakkah kamu berfikir jika kita hidup bersama nanti? Aku akan selalu menghadapimu setiap hari, bertemu denganmu setiap detik. Begitupun jika amarahmu sedang berada dititik didihnya. Jika nada-nada tinggi yang selalu menjadi pedomanmu menyelesaikan masalah, aku cemas kalau akhirnya pertahananku tidak lama. Aku cemas jika diawal janji kebersamaan kita, aku sudah kelelahan menghadapi sifatmu itu. Ini bukan berarti rasaku terkikis, tapi karena rasa yang begitu besarlah aku memikirkan hal hingga sejauh ini.

Sekarang aku lebih memilih untuk banyak diam. Bukan karena aku sudah tidak peduli, hanya saja aku sedang beradaptasi dengan perubahan sikapmu itu. Biarkan aku mereview kembali apa yang sudah kita lalui hampir ditahun keempat ini. Biarkan aku tetap menjaga keutuhan hati dengan terus melukis tawa bahagia kita dimasa kemarin sebagai obat penawar rindu. Jika kamu memang sudah berubah menjadi seorang yang lebih emosional, setidaknya aku sempat memiliki kamu yang lebih dulu mempunyai sifat lembut, penenang dan penyayang. Memaafkan jika kesalahan aku lakukan, memeluk ketika aku merasa ketakutan dan menenangkan ketika kejenuhan rutinitas mulai membunuhku perlahan.

Ketika aku sudah mulai mengikuti apa maumu, bukan berarti aku akan meninggalkanmu. Itu salah satu cara agar kamu menyadari bahwa semua pertengkaran yang terjadi dibeberapa pekan ini membuat kita semakin jauh. Jika saja aku bisa bicara, “sudahlah, cukup jarak saja yang membuat kita jauh”.

Senin, 22 September 2014

Cinta, tapi tidak tau cara menunjukkannya


Seseorang butuh waktu untuk melafalkan bahwa rasa yang dia miliki adalah cinta. Seseorang butuh keyakinan yang kuat untuk membuktikan bahwa rasa yang dia punya bukanlah hal yang main-main. Seseorang butuh keberanian yang besar untuk menunjukkan bahwa orang yang dia pilih adalah satu-satunya dihati. Tapi ada juga orang yang jatuh cinta, namun tidak bisa mengungkapkannya. Ada juga orang yang betul-betul cinta, tapi tidak tau bagaimana cara menunjukkannya. Seperti saya ini, lucu bukan?

Sudah berapa banyak yang saya tuliskan disini tentang cinta. Tapi saya sendiri pun masih kebingungan mencari bagaimana cara menunjukkan agar dia yang saya cinta tau bahwa wanita yang selalu membuatnya kesal ini adalah wanita yang memang benar-benar ingin menua bersamanya. Tidak peduli apa yang dikatakan orang, yang terpenting saya bisa hidup bersamanya sampai berakhirnya usia. Tapi tidak jarang saya selalu membuat dia marah, emosi dan bahkan kelelahan menghadapi. Dibalik sifat yang menjengkelkannya itu, saya punya rasa yang begitu besar kepada dia. Tapi saya tidak pernah tau bagaimana cara yang benar untuk melakukan yang terbaik, melakukan hal agar dia tau bahwa hanya dia satu-satunya dihati saya. 

Saya, wanita yang paling tidak bisa berlama-lama menahan amarah. Saya, wanita yang paling tidak bisa menahan rindu berminggu-minggu. Saya, wanita yang seringkali kelelahan menahan emosi saya sendiri. Saya, wanita yang tidak mudah mengucap kata rindu apalagi cinta. Entah karena apa, yang jelas saya tidak pernah bisa lancar mengucap kata “sayang” dihadapan dia langsung. Bukan karena malu apalagi tidak cinta, tapi lidah terasa kelu untuk mengatakannya.

Sampai pada akhirnya saya menyadari bahwa saya seorang wanita yang sangat takut sekali untuk kehilangan, sangat takut sekali untuk berjauhan. Ini yang menjadi alasan, kenapa hingga detik ini saya begitu benci juga dia hilang tanpa kabar dan seringkali hal ini yang memicu pertengkaran. Maafkan.

Dengan segala kekurangan dan kelebihan yang berbatas. Saya masih terus menjadi yang terbaik untuk kita. Meski mustahil dia akan membaca tulisan saya ini, tapi setidaknya saya ingin menyampaikan bahwa dibalik sikap mengesalkan saya. Tolong dilihat lebih dalam lagi, saya punya rasa yang tidak sedikit disini. Saya bertahan sejauh ini karena saya ingin menua bersama, mengutuhkan cinta yang sudah kita kembangkan dibeberapa tahun ini dengan ikatan halal sampai waktu yang menunjukkan jalan pulang menuju keabadian. :)

Selasa, 16 September 2014

Percayalah, semua akan berujung indah


Tentu kita tau bukan? Bahwasannya didunia ini tidak ada yang abadi, apalagi dengan rasa dihati. Hanya Tuhan yang berhak membolak-balikkan perasaan hamba-Nya. Saya masih dalam tahap belajar, bagaimana cara menyikapi jika pada akhirnya orang yang kita cinta bukan tercipta untuk kita. Tuhan sedang mengajari saya sebuah kekuatan dengan mendatangkan segerombol kekecewaan yang begitu nikmat dirasa. “Cinta tidak harus memiliki”, mungkin ini kata yang terlalu naïf, terlalu munafik. Tapi memang begitu adanya. Mau tidak mau, sesuatu yang bukan buat kita akhirnya akan pergi juga. Sesuatu yang tidak diciptakan untuk kita, digenggam seerat apapun akan lepas juga. Bahkan sesuatu yang kita hindari mati-matian, bahkan yang selalu kita jauhi; jika itu memang buat kita, pada akhirnya dia akan menjadi bagian dari hidup kita.

Ini rahasia Sang Pencipta bukan?

Tidak ada yang bisa menebak apalagi mengetahui. Saya begitu paham bagaimana rasanya jika kenyataan terjadi jauh dari harapan, serasa ada yang menyayat-nyayat disini. But life must go on…

Ketika nanti kita harus kehilangan pilihan yang menurut kita terbaik, menangislah. Ketika nanti kita ditinggalkan oleh orang yang paling kita sayang dengan alasan kehadiran orang lain, kecewalah. Ketika nanti kita ditinggal mati oleh orang yang kita cinta karena panggilan Tuhan, berdukalah. Ketika nanti kita harus kembali sendiri karena seorang yang diharapkan  sudah menemukan kebahagiaan atas pilihannya, sakit hatilah.
Menangis, kecewa, berduka, sakit hati adalah rasa manusiawi. Kita diciptakan dengan kepekaan rasa yang telah terbentuk. Yang kuat tidak selamanya menjadi kuat, yang bahagia mustahil jika tidak pernah merasakan sedihnya ditinggalkan. Semua punya fasenya masing-masing, dimana harus instrospeksi saat terjatuh dan dimana saatnya harus bangkit kembali merebut semua kebahagiaan yang sempat hilang.

Kehilangan bukan berarti mati. Ditinggal pergi bukan berarti hidup sudah berakhir. that’s process of life. Ini kehidupan. Bukan negeri dongeng, panggung teater, drama ataupun opera yang bisa diputar ulang dan diperbaiki sesuatu hati. Meski rasa kecewa belum juga sembuh dari lubuk hati, tapi kehidupan harus tetap berjalan semestinya. Hapus air mata, akan ada kebahagiaan setelah airmata penuh luka. Seperti halnya pelangi selalu ada setelah derasnya hujan.

Percayalah, semua akan berujung indah. :)

Senin, 08 September 2014

Tugasku hanya mencintaimu sebaik mungkin


Mungkin kamu bisa mencari kesenangan dengan orang lain, tapi tidak denganku. Mungkin kamu bisa mematikan rasa didalam hati, tapi tidak dengan membunuh pertahananku. Bersikap semaumu; itu hakmu. Tugasku hanya mencintaimu sebaik mungkin.

Tapi aku akan berhenti menyayangimu, jika kamu mencoba menyayangi orang lain. Aku akan berhenti memperjuangkanmu, jika kamu mencoba memperjuangkan orang lain. Cinta yang hanya main-main akan selalu mempunyai seribu alasan untuk melepaskan dan mengganti dengan yang lebih indah. Tapi cinta yang tulus, punya sejuta alasan untuk tetap bertahan meski banyaknya ribuan rintangan.

Senin, 01 September 2014

Kamu harus bahagia…


Mengulangi kesalahan yang sama memang memuakkan, mendengar permintaan maaf berkali-kali karena satu kekeliruan yang sama memang melelahkan. Aku memang memuakkan dan melelahkan. Maafkan. Meski usaha terus digali, tapi perubahan belum kunjung dikenali. Katanya cinta harus terima apa adanya, kenyataannya tidak semuanya. Semua yang cinta tanpa sadar akan mengubah dirinya menjad apa yang pasangannya mau. Salah satu tujuannya adalah bahagia. Ketika bahagia tidak lagi dirasakan disetiap perjalanannya, untuk alasana apa semua diperjuangkan. Saya pun tau bahwa kamu sudah begitu bersabar dan mengerti. Terimakasih.

Maafkan diri saya yang begitu tidak tau diri karena terus melukis noda dikanvas putih laju perjalanan kita. Semua terjadi diluar kendali, aku menghukum diri dengan terus instrospeksi. Meski kamu sudah bosan dengan kata perbaiki.

Saya tidak pernah ingin memaksa kehendakmu jika sebenarnya pergi adalah bagian dari pilihanmu. Jika lelah sudah berada dititik puncaknya dan saya bukan lagi keutuhan dalam bahagiamu; berhentilah mencintai saya jika itu akan melepas segala bebanmu. Jangan pernah memaksa saya untuk mencari kesenangan pada orang lain, karena saya akan terus seperti ini. Mencintai kamu dengan cara saya sendiri, diam-diam menyebut kamu dalam perbincangan antara saya dan Tuhan meski peluk tidak lagi berada diangan.

Saya tidak pernah mencintai orang lain seperti saya mencintai kamu. Bahkan sejak bersama kamu, saya lupa bagaimana caranya mencintai  orang lain selain kamu. Apalagi jika sampai kamu memutuskan untuk pergi, saya tidak tau bisakah saya mencintai dan membuka hati untuk orang lain lagi atau tidak. Menurut saya mencintai kamu adalah salah satu bahagia, jadi jangan pernah memaksa saya untuk menghentikan rasa yang saya punya, karena itu sama saja kamu menyuruh saya untuk berhenti bahagia.

Jalani saja apa yang ingin kamu jalani, cintai saja apa yang patut kamu cintai, dan bahagiakan saja apa yang menurut kamu pantas berbahagia. Jangan pernah tanyakan kebahagiaan saya, karena dengan masih diizinkan mencintaimu dan menjagamu lewat do’a saja itu sudah lebih dari cukup.

Saya ulangi lagi ya, itu sudah lebih dari cukup. Kamu harus bahagia dan kamu hal terindah yang patut saya syukuri keberadaannya. :)