Terhitung hari ini, aku mencoba
untuk melangkah sendiri. Entah ini ada karena karma dimasa lampau atau memang
aku dihukum karena kebodohanku atau memang karena keduanya. Semua terlihat
samar-samar membuatku masih tidak percaya untuk kenyataan yang tidak pernah aku
impikan ini. Sama halnya ketika aku kehilangan seorang ayah dikehidupanku, pada
waktu yang sama hatiku masih baik-baik saja karena rasa ketidakpercayaan itu.
Lambat laun hari hari berjalan, aku mulai tersadar bahwa kenyataan itu bukan
hanya mimpi belaka. Mungkin aku terlalu naïf untuk menyadari ini semua, tapi
kalo boleh aku memilih. Aku ingin lebih memilih untuk bermimpi sepanjang hari
bersama keindahan, tanpa bangun lagi dengan melihat semua kenyataannya. Jika aku
harus menata kembali semua impianku, meniadakan kamu disetiap langkahku,
menghapus semua tentang kamu dari daftar cita-citaku. Aku tidak yakin bahwa aku
akan mampu.
Jika aku diminta untuk mencintai
lagi, mengulang jatuh cinta seperti awal lagi, menanamkan harapan kepada orang
lain sama seperti kepadamu. Itu tidak semudah ketika harus mengucapkan kata
perpisahan. Hampir bulan ke-50 ini, cita-citaku masih tetap sama tak ada yang
berkurang sedikitpun. Tapi jika kamu meninggalkanku karena kebodohanku, kamu
pergi dariku karena kesalahanku, kamu melupakanku karena kesakithatianmu. Aku mendo’akan
untuk kebahagiaanmu. Sejauh apapun kamu melangkah pergi, sesering itu juga aku
akan tetap mencintai kamu. Jika pada akhirnya aku dituntut untuk melupakanmu,
biarkan aku melupakanmu setelah aku menyaksikan kamu bahagia dengan pilihanmu. Aku
akan menjauh dari kehidupanmu, ketika aku melihatmu bersanding di pelaminan
dengan wanita yang kamu cintai setelah aku. Karena jika saat itu tiba, aku akan
merasa lega bahwa kamu sudah membuktikan akan bahagia tanpaku.
Ini tidak mudah sayang, tapi aku
tidak ingin lagi menjadi penghambat kebahagiaanmu. Menjadi benalu dalam
kehidupanmu, membuat ruang gerakmu terbatas akibat sikapku. Aku mengiyakan
bukan berarti aku tidak bisa mempertahankan. Sungguh, aku tidak ingin kamu
pergi. Mungkin ini salah satu jawaban do’aku, yang selalu aku minta untuk semua
kebahagiaanmu.
Jika aku tidak diizinkan untuk
melihatmu lagi, izinkan aku untuk tetap mencintaimu didalam do’aku. Aku akan
terus merindukanmu disetiap langkah kakiku. Saat ini dan entah sampai kapan,
kamu masih satu-satunya seorang yang menjadi perbincanganku dengan Tuhan.
Maaf jika aku belum bisa
melepaskan segala rasa, karena bagiku kenangan kita dalam jangka waktu selama
ini begitu berharga untuk dihapuskan.
Tertanda,
Seseorang yang sudah berani memimpikan
hidup selamanya bersamamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar