Dia berpisah bukan karena
kehendaknya sendiri tetapi karena ketentuan. Ketentuan yang dibuat oleh orang-orangnya.
Dia berhenti mencintai bukan karena keinginan sendiri tetapi lebih berkorban
demi seseorang yang menjadi prioritasnya. Dia pergi menjauh bukan dari dorongan
hati tetapi lebih ke arah ingin menghormati keputusan. Sekalipun dia kembali,
itu bukan kesalahannya tetapi hanya sebagai ujiannya. Sekalipun dia kembali,
dia membuktikan bahwa cintanya tidak termakan oleh massa. Diam-diam rasanya
tetap menetap disitu; direlung hati yang paling dalam, ditempat tersembunyi
yang tidak pernah satupun orang tau. Sekalipun dia kembali, dia membuktikan
bahwa garis jodoh memang benar adanya. Sekalipun dalam kurun waktu
bertahun-tahun dia menjalani untuk melupakannya, takdir akan membawanya pulang
ke tempat asal jika memang tertulis dilauhul mahfudznya.
Ketika takdir berbicara, tak ada
lagi yang mampu mengelak. Sekalipun harus berlari keujung dunia, takdir akan
tetap menjadi ketetapan yang harus
dijalani. Tanpa bantahan tanpa penolakan. Sekalipun dia sudah bersanding dengan
pengganti yang katanya sangat dicintainya, jika hati belum bisa melepaskan maka
langkah akan selalu terpaut tak peduli seberapa jauhnya.
Aku tidak bisa menyelami ikatan
hati antara mereka yang katanya sudah terlampau lalu. Aku berada
ditengah-tengah kisah mereka yang masih menggantung. Entah kata sudah melupakan itu adalah bagian dari
sandiwara atau benar-benar realita adanya. Aku menjadi pendengar setia kala dia
selalu disebut-sebut namanya, ketika cerita terus mengalun semakin menusuk
relung. Senyum getir terus menghiasi wajah topengku, memang tak ada airmata
disitu; tapi disini masih terasa sakit walau tidak berdarah. Entah dia tidak
memahami atau berpura-pura tidak tau bahwa disini ada aku yang menahan
sesak. Masa dimana dia masih selalu
membangga-banggakan sosok dirinya dihadapanku, masa dimana semua cerita yang
lalu terus dia gambarkan jelas didepan mataku, masa dimana satu persatu kalimat
tentangnya memenuhi pendengaranku; aku masih saja diam tak bergeming hingga dia
menyelesaikan ceritanya.
Saat ini aku baru memahami alasan
kenapa saat itu dia masih terus terbayang akan kilaunya masa dimana mereka
bersama. Saat ini aku baru mengerti alasan kenapa masih ada nama dia yang
hari-harinya sudah bersamaku. Karena mungkin memang perpisahan yang tidak
dikehendaki oleh hati sendiri akan terus teringat sampai hati mengizinkan untuk
melepaskan. Karena mungkin memang perpisahan akibat keputusan yang berbeda akan
membawa dilema yang berkepanjangan. Ketika di masa yang akan datang nanti dia
kembali, jangan pernah menyalahkan keadaan apalagi insannya. Karena pada
hakikatnya kata perpisahan bukan tercipta untuk selamanya, bisa saja itu hanya
sementara dan di lain waktu akan dipersatukan kembali.
Perpisahan yang dibuat sendiri
saja selalu mungkin untuk kembali dan memperbaiki yang lalu. Bagaimana dengan
ini? Perpisahan yang tidak diinginkan tetapi harus terjadi hanya karena
pertentangan.
Aku akan memaklumi dan mengerti. Jika
aku diberi satu kesempatan untuk berbicara. Sudahlah, meski kenangannya tidak
dapat dilupakan tetapi menjaga perasaan juga tak kalah penting. Bukankah katamu
saat ini adalah yang terbaik? Jika memang benar, berhenti menyebut namanya dan
mulailah menatap dalam-dalam mataku karena masih ada perasaan didalam sana yang
terus kamu abaikan, yang belum pernah kamu coba untuk mengerti, yang belum
pernah kamu tau. Dan jika ada waktu, lihatlah sebentar lukaku maka kamu akan
tau sudah seberapa dalam goresan yang kamu lukis ditengah ceritamu mengenang
dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar