Rabu, 10 Juni 2015

Do’a tersembunyi


Tak pernah lepas namamu selalu ku bawa dalam setiap do’a. Mungkin dulu do’a yang ku panjatkan selalu memaksakan agar kamulah nama yang tertulis dalam lauhul mahfudz, agar kamulah calon imam yang akan membimbingku dalam keluarga kecil kita kelak. Aku terlalu memaksa Tuhan agar dapat mengabulkan do’aku tanpa pernah memikirkan kembali apakah kamu memiliki harapan yang sama atau tidak. Dulu aku masih sangat egois.

Sekarang aku sudah mengerti bahwa dalam sebuah hubungan harus merasakan bahagia, harus saling membahagiakan. Bukan untuk satu orang saja tetapi untuk keduanya. Dalam setiap perubahan yang ada hanya satu yang tidak pernah berubah; namamu tidak pernah lekang dalam do’a malamku. Bedanya saat ini aku tidak lagi memaksa agar aku berjodoh denganmu, kali ini aku memaksa agar kamu bahagia dengan kehidupanmu dengan atau tanpa aku. Beberapa bulan lalu kamu pernah bilang bahwa kamu bisa bahagia tanpaku, meski itu hanya emosi sesaat tetapi aku Aamiin-kan. Bukan karena aku tidak ingin bahagia denganmu, hanya saja aku tau bahwa pada saat itu kamu akan lebih bahagia tanpaku. Tak perlu khawatir, saat yang lain meninggalkanmu dalam kondisi terburuk; ada aku yang bersedia untuk mengisi kesepianmu. Tak perlu khawatir, saat yang lain gerah mendengar semua amarahmu; akan ada aku yang setia menjadi tempat emosimu. Aku bodoh? Bukan. Ini caraku mencintaimu. Bukankah ini satu-satunya cara mencintai yang begitu manis? Do’a mendekatkan kita saat jarak terasa jauh membentang.  Terserah orang lain mau bilang apa, yang aku tau bahwa saat ini aku ingin menjadi yang terbaik untukmu.

Aku tau, sayang. Semua orang bisa saja berubah termasuk kamu. Dan meski aku sudah begitu sadar dengan posisiku saat ini, aku masih menguatkan hatiku dengan terus membaca pesan singkatmu yang manis. Meski kadar kebutuhanmu terhadapku sudah dapat ku ukur, aku masih mempertahankan sebisa ku menahan perih. Tidak apa apa, tidak apa apa sayang. Aku akan baik-baik saja. Apapun yang akan kamu lakukan, aku akan baik-baik saja. Rasa yang ada saat ini adalah wujud bahwa Tuhan masih mempercayakanmu untuk menjadi satu-satunya lelaki yang aku cintai setelah ayah dan adikku. Aku sangat percaya bahwa rasa ini ada untuk sebuah alasan. Entah untuk berujung ke pelaminan atau hanya untuk pembelajaranku saja. Aku tidak ingin memusingkan itu, yang aku ingin hanya membuatmu bahagia dan bangga memilikiku.

Namun, dengar ya sayang. Jika usahaku nanti tidak ternilai untukmu dan jika Tuhan memberhentikan langkahku untuk memperjuangkanmu. Jangan salahkan keadaan, aku atau dirimu sendiri. Karena boleh jadi pemberhentian langkahku nanti adalah awal untuk kebahagiaanmu.

Baiklah, sekarang akan ku jelaskan aku ini siapa. Wanita yang sedang bersamamu saat ini adalah wanita biasa yang sedang belajar hidup syukur, ikhlas dan sabar. Wanita yang selalu kamu sebut namanya dulu, wanita yang selalu kamu banggakan dulu, wanita yang selalu kamu janjikan untuk setia, wanita yang kamu yakin bisa membahagiakanmu. Itu dulu dan sekarang sudah berubah. Wanita yang telah bersamamu selama hampir lima tahun ini hanya wanita biasa dimatamu, wanita yang begitu merepotkan, wanita yang menyebalkan, wanita yang penuh aturan, wanita yang membosankan, wanita yang kamu bilang bisanya hanya mempermainkan. Betulkah?

Bahkan mencintaimu bukanlah kekeliruanku. Kekeliruanku adalah ketika kamu meletakkan pada deretan pilihan, sedangkan aku hanya menempatkanmu pada satu tempat dan hanya satu-satunya saja. Demi kamu aku akan terus terlihat bahagia, dan biarkan do’a yang tersembunyi ini menjadi teman malamku ketika aku merindukan pelukan hangat seperti dulu. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar