Rasanya airmata sudah habis,
tubuh sudah lupa dengan rasa lelah; tapi ingatanku tidak pernah luput dari
semua tentangmu. Tidak ada satupun yang aku sesali, aku hanya menyayangkan
waktu yang begitu banyak terbuang sia-sia. Dimasa kecil dulu aku begitu punya
banyak cita-cita, ingin ku wujudkan semua bersamamu. Ketika lulus Sekolah Dasar
aku ingin melanjutkan ke pendidikan sesuai dengan kemauanmu. Saat Madrasah
Tsanawiyah menjadi pilihanku itu adalah pilihanmu juga. Ketika beranjak remaja
aku mulai ingin memutuskan segalanya sendiri, rasa keingintahuanku semakin
tinggi dan kata-katamu pun terkadang tidak aku gubris. Tapi aku begitu senang
ketika kamu memberikanku keleluasaan untuk bergaul pada lingkungan yang lebih
luas.
Aku selalu ingin menunjukkan
kemesraanku denganmu dihadapan mereka, aku ingin menunjukkan bahwa aku begitu
bangga memilikimu. Ketika pengambilan nilai pertama di Sekolah Kejuruanku, aku
bahagia ketika nilaiku mampu membuatmu tersenyum. Dari situ tekadku semakin
kuat untuk menjadi gadis kebanggaanmu. Aku selalu mengutarakan semua inginku
kala kita sedang duduk berdua, bercerita semuanya seolah kamu akan terus
menemaniku selama yang aku minta. Banyak permintaan dan harapan disitu dan
banyak juga asa yang hanya sekedar jadi angan.
Aku tidak pernah terbayang bahwa
kepergianmu akan sekilat ini. Hanya dua bulan waktu yang tersisa setelah kamu
divonis ini itu. Dua bulan menjadi moment ter-shock bagiku. Kamu pergi tanpa pesan, tanpa kata, tanpa ungkapan.
Kamu pergi dengan mata yang begitu terpejam rapat, seperti mengisyaratkan bahwa
kamu memang sudah terlalu lelah dengan kefanaan hidup yang begitu membutuhkan
kelapangan hati. Kamu pergi dengan tubuh bersih dan masih terlihat gagah. Kamu meninggalkanku
dengan teka-teki yang mau tidak mau harus ku pecahkan sendiri. Kamu pergi
dariku dengan menyisakan harapan yang harus ku wujudkan dengan keringatku
sendiri. Tapi aku pasti mampu untuk itu.
Hari ini aku sedang begitu
merindukanmu. Ingin sekali aku memelukmu, menceritakan semua hal yang terjadi
selama tidak ada kamu. Ingin sekali aku mengulang masa dimana berbincang dan
tertawa menjadi hal yang paling menyenangkan melebihi apapun. Kemustahilan ini
membuatku semakin merindukanmu, ketidakmungkinan ini membuat dadaku semakin
sesak akibat menahan rindu. Setiap kali ada hal yang berkaitan tentangmu,
setiap kali aku mengamati motormu; mataku selalu berkaca-kaca seakan hati masih
tidak percaya. Selama ini aku hanya menganggap bahwa kamu pergi untuk sementara
bukan untuk selamanya.
Beberapa hari ini aku selalu
menggigil ditengah malam, aku bertanya pada ibu kenapa aku sering seperti itu
lalu kata ibu “itu tandanya sedang ada yang mendekatimu, mungkin ayahmu atau
keluargamu yang lain”. Ah ayah, aku senang ketika mendengar itu. Aku senang
jika pada tengah malam itu ayah mendekatiku, apakah ayah juga rindu? Jika aku
boleh meminta jangan dekati aku terus jika itu mempengaruhi pertahanan daya
tubuhku yaaa, karena disini aku juga memerlukan kekuatan untuk beraktivitas. Jika
kamu ingin mengajakku pergi dan tinggal bersama lagi. Nanti dulu ya yah,
bukannya aku tidak mau hanya saja aku masih harus menyelesaikan studiku. Aku masih
harus mewujudkan cita-citamu, aku masih harus merealisasikan impianku,
membahagiakan ibu dan membuatmu bangga disana. Ketika nanti tugasku disini
sudah selesai dan Tuhan menyuruhku untuk pulang, aku akan segera menyusul ke
tempat terindahmu.
Tunggu aku ya yah. Atas seizin
Tuhan dan jika sudah waktunya kita akan menyatu di Surga-Nya Tuhan tanpa perlu
takut akan waktu yang memisahkan (lagi).
Faithfully,
Your Girl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar