Diselimuti cuaca sore yang mendung, hatiku masih berkabut dalam hantaman
rindu dan terpojok dalam siksaan pilu. Ada satu getaran yang menandakan bahwa
ada pesan dari ponselku, dengan sigap dan penuh rasa penasaran ku buka dan ku
baca lalu seketika mukaku memerah padam. Ku lihat dipinggir arah kiri jalan ada
sosok lelaki yang sedang menunggu dengan kendaraan tampannya itu, ku abaikan
ponselku lalu ku mulai berjalan mendekati sosok gagah itu dengan satu persatu
langkahku. Dari kejauhan sekitar beberapa centimeter, ada senyuman yang mulai
membuyarkan fokusku dan tak ragu senyumku pun segera membalasnya dengan senang
hati. Sosok lelaki itu yang beberapa hari ini berhasil menyibukkan aktivitas
dalam ruang otakku, aktif berlari dan berotasi sepanjang waktu tak kenal pagi
atau malam. Ku mulai menaiki kendaraan motor bersamanya iya berjalan menerjang
hujan yang mulai marah dan menghantam angin yang dinginnya mulai menusuk tulang.
Dalam kurun waktu yang tidak singkat pertemuan baru terjadi lagi di hari ini,
entah jika sudah bersamanya seakan pilu dihati punah dan sakit disekujur badan
sekaligus terobati. Harus ku akui sosok lelaki ini yang menjadi obat paling
ampuh dikala aku terhempas, namun dia bisa menjadi racun yang sangat mematikan
sekalipun.
Menjalani hubungan dalam jangka waktu 30 bulan itu bukan waktu yang singkat.
penuh dengan permainan, dengan derai airmata, dengan segala ketakutan yang
berujung pertengkaran, dengan berlomba-lomba memenangkan keegoisan, hingga pada
akhirnya kami menyadari bahwa satu sama lain saling membutuhkan. Panggilan romantis
itu seketika menghentikan lamunanku, dan
tak sadar kita berhenti pada rumah makan disamping kanan jalan tepatnya. Dengan
duduk yang sangat berdekatan jantungku berdebar keras seperti jatuh cinta
pertama kali, dengan suasana hati yang bahagia ku datarkan raut wajahku sambil
menyantap makan malam yang sudah disediakan dan tersusun rapi dimeja. Sesekali ku
menengok wajahnya ku pandangi lekat-lekat dan rasanya ingin sekali ku peluk dekap
dan tak membiarkannya pergi lagi untuk selama waktu, saat pandangan mata itu
bertemu ku tak kuasa untuk menatapnya dan segera ku tundukkan pandanganku dan mulai asik dengan
hidangan makan malam itu. Menurutku hal seperti ini saja sudah merupakan moment
romantis yang bisa kujadikan cerita dalam lembaran lembaran kertas yang sudah
siap menunggu untuk kupahat dengan jemariku. Aku tidak mendambakan sosok yang
sempurna, yang tampan, yang gagah, yang bermateri banyak dan menawan dipandang
orang. Cukup dengan berjiwa humoris, berlaku apa adanya dan sederhana saja itu
sudah membuatku jatuh cinta sebegini rupanya, lalu apa lagi yang dicari? Kesempurnaan?
Menurutku kesempurnaan akan tercipta ketika kita sama-sama mampu mengisi
kekurangan dengan kelebihan satu sama lain dan menerimanya dengan tulus. ~~
Namun kecintaanku terhadap sosok lelaki itu tak pernah bisa mengalahkan
cintaku kepada Sang Penciptaku, yang Maha Mempertemukan, yang Maha Membolak-balikkan
perasaan. Aku simpan perasaan cinta ini dalam dalam disudut ruang hatiku,
bahkan tak sedikitpun aku memberikan celah untuk orang lain memasuki ruang hati
yang sudah terisi ini. Setelah makan malam itu usai ku bergegas kembali ke
rumah, dalam perjalanan rangkulan hangat itu tak ku biarkan lepas barang
sedikitpun. Aku terlalu menyayanginya hingga untuk ditinggalkan beberapa hari
saja rasanya enggan, aku ini terlalu merindukannya hingga untuk pertemuan
selama apapun akan berasa kurang, entahlah ~~ ketika waktu perpisahan itu mulai
dekat rasanya ingin ku cegah, rasanya ingin ku tebas jarak ini. Tatapan mata
itu mulai membisukan bibirku, genggaman tangan itu mulai meluluhlantakan
hatiku, dan sentuhan yang mendarat dihidungku itu mulai menyesakkan dadaku. Kerinduan
itu semakin menusuk tulang rusukku, rasanya ingin ku dekap dan berkata jangan
pergi namun tubuhku seakan tak punya daya dan tetap mengizinkan waktu untuk
memisahkan kita kembali. Ku membalikkan badan sebentar sambil mengusap airmata
rindu, lalu kutatap wajah itu lagi sambil berkata lembut “hati-hati sayang...
kita bertemu lagi di lain kesempatan” dan kemudiaaaaan senyuman itu kembali
menderaskan airmataku dalam hati, dengan wajah tegasnya dia berkata “baik-baik
disini sayang dan jaga kesehatanmu...” aku hanya mengangguk pelan dan sangat
terasa bahwa kerinduan itu semakin menusuk menembus kedalam tubuhku dan hampir
mematahkan tulang rusukku. Hingga tiba sosok lelaki itu lenyap dalam pandangan,
ku tutup pagar rumahku dengan berat hati sambil berharap lelaki itu akan
baik-baik saja dalam perjalanannya dan aku disini masih terus menanti pertemuan
manis itu terjadi lagi dalam hitungan waktu yang tidak singkat... ~~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar