Aku seperti
kehilangan arah dan kehabisan cara bagaimana agar kamu bisa mengerti. Mengerti
hal yang tidak biasa, memahami suatu hal yang telah kusimpan berminggu-minggu.
Dalam sunyi yang terus menggerogoti dinginnya malamku, ku balut semua rasa
dengan gelak tawa dan lukisan segaris senyum yang nampak disuasana wajah
datarku. Dengan tatapan kosong yang masih menyimpan sebuah teka-teki, dalam
lirikan-lirikan mata yang tidak tentu arah dan seakan berfikir hebat.
Kamu dimana? Saat
ku betul-betul membutuhkan keyakinanmu bahwa aku adalah satu-satunya. Kamu
sedang dimana? Ketika ku betul-betul membutuhkan keyakinanmu bahwa semua akan
baik-baik saja. Kamu berada dimana? Saat ku sedang bertarung hebat melawan
segala amarah yang tumpah dan airmata yang mengalir tanpa sebuah alasan.
Sudah ku bilang,
aku ini bukan wanita yang pandai terbuka dengan semua ceritaku. Aku lebih
memilih diam dan menyimpan semuanya rapat-rapat agar semua terlihat baik-baik
saja; dengan begitu cukup aku saja yang terluka tidak dengan yang lain. Namun
sekarang berbeda, aku belajar terbuka disetiap perjalananku denganmu, ku
tamatkan setiap cerita-ceritaku dan berbagi duniaku yang pastinya denganmu. Aku
tidak pernah mempermasalahkan sebanyak apa tawa yang kulontarkan ditengah-tengah
percakapan kita, aku tidak pernah mempersalahkan seberapa banyak senyum yang ku
torehkan ketika aku masih mampu menatap wajahmu. Menikmati senyummu, riang
tawamu saja aku sudah bahagia; apalagi masih mampu duduk berdampingan denganmu.
Aku tidak memerlukan liburan yang mewah, harta yang bergelimangan untuk bisa
membuatku bahagia. Asal denganmu saja, semua terasa damai; kenyamanan yang
tidak biasa.
Semua seakan
terkikis karena salahku, disebabkan oleh perasaan yang sebenarnya tidak ku
ketahui alasannya. Aku marah, cemburu, menangis tanpa bisa aku jelaskan mengenai hal itu. Perasaanku kacau, fikiranku tidak tentu arah, kaki tidak
tau harus melangkah kemana, dilema aku dibuat oleh perasaan asing semacam ini. Marah dengan
siapa akupun tidak tau; cemburu karena apa akupun tidak pernah tau, hingga pada
akhirnya sungai kecil begitu saja terhempas dari peredarannya hingga membuat
mataku sembap.
Bodoh. Aku
menangisi perkara
yang tidak aku ketahui apa alasannya bisa membuatku
menangis. Perasaan asing yang terasa begitu mencabik, menusuk bahkan membuatku
berdarah; luka yang tidak terlihat oleh kasat mata. Aku tidak mempermasalahkan baik atau
buruknya hari-hari yang ku jalani selama bersamamu, asal berjalan disampingmu; itu
merupakan hari terbaik bagiku. Untukmu? Aku tidak pernah tau. Penerimaan, ketulusan, kesetiaan dan
keikhlasan menjadi pedoman yang terus kubawa agar kamu tetap menetap disini.
Menjalani hari tanpa lelah dan menggenggam tanganku tanpa bosan.
Memang, dimusuhi
karena perasaan yang tidak ada alasannya itu melelahkan. Mungkin saja saat ini
kamu sedang merasakannya, bukan? Jika saja seorang pria mampu memahami setiap
isi hati wanitanya, mengetahui tanpa harus diberitahu setiap keadaan hatinya,
mungkin saja tidak akan pernah ada perdebatan dan kesalahpahaman. Dan jika saja
seorang wanita tidak terlahir dengan segala rasa emosional yang lebih besar,
mungkin pertengkaran bisa dihitung dengan jari. Tapi sayangnya itu hanya
khayalku, kadar kemustahilannya terlalu tinggi hingga tak mampu aku raih.
Jika kamu masih
mampu menetap disini, menjaga hati bersama dan menerima disetiap keadaan
terlemahku. Tetap tinggallah. Aku memang bukan yang terbaik seperti mereka,
tetapi aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu. Dan jelas aku
berbeda dengan mereka, dan bisa ku pastikan bahwa tidak akan pernah ada yang
bisa sama sepertiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar