Rabu, 08 Januari 2014

Tanpa alasan

Aku seperti kehilangan arah dan kehabisan cara bagaimana agar kamu bisa mengerti. Mengerti hal yang tidak biasa, memahami suatu hal yang telah kusimpan berminggu-minggu. Dalam sunyi yang terus menggerogoti dinginnya malamku, ku balut semua rasa dengan gelak tawa dan lukisan segaris senyum yang nampak disuasana wajah datarku. Dengan tatapan kosong yang masih menyimpan sebuah teka-teki, dalam lirikan-lirikan mata yang tidak tentu arah dan seakan berfikir hebat.

Kamu dimana? Saat ku betul-betul membutuhkan keyakinanmu bahwa aku adalah satu-satunya. Kamu sedang dimana? Ketika ku betul-betul membutuhkan keyakinanmu bahwa semua akan baik-baik saja. Kamu berada dimana? Saat ku sedang bertarung hebat melawan segala amarah yang tumpah dan airmata yang mengalir tanpa sebuah alasan.

Sudah ku bilang, aku ini bukan wanita yang pandai terbuka dengan semua ceritaku. Aku lebih memilih diam dan menyimpan semuanya rapat-rapat agar semua terlihat baik-baik saja; dengan begitu cukup aku saja yang terluka tidak dengan yang lain. Namun sekarang berbeda, aku belajar terbuka disetiap perjalananku denganmu, ku tamatkan setiap cerita-ceritaku dan berbagi duniaku yang pastinya denganmu. Aku tidak pernah mempermasalahkan sebanyak apa tawa yang kulontarkan ditengah-tengah percakapan kita, aku tidak pernah mempersalahkan seberapa banyak senyum yang ku torehkan ketika aku masih mampu menatap wajahmu. Menikmati senyummu, riang tawamu saja aku sudah bahagia; apalagi masih mampu duduk berdampingan denganmu. Aku tidak memerlukan liburan yang mewah, harta yang bergelimangan untuk bisa membuatku bahagia. Asal denganmu saja, semua terasa damai; kenyamanan yang tidak biasa.

Semua seakan terkikis karena salahku, disebabkan oleh perasaan yang sebenarnya tidak ku ketahui alasannya. Aku marah, cemburu, menangis tanpa bisa aku jelaskan mengenai hal itu. Perasaanku kacau, fikiranku tidak tentu arah, kaki tidak tau harus melangkah kemana, dilema aku dibuat oleh perasaan asing semacam ini. Marah dengan siapa akupun tidak tau; cemburu karena apa akupun tidak pernah tau, hingga pada akhirnya sungai kecil begitu saja terhempas dari peredarannya hingga membuat mataku sembap.

Bodoh. Aku menangisi perkara yang tidak aku ketahui apa alasannya bisa membuatku menangis. Perasaan asing yang terasa begitu mencabik, menusuk bahkan membuatku berdarah; luka yang tidak terlihat oleh kasat mata. Aku tidak mempermasalahkan baik atau buruknya hari-hari yang ku jalani selama bersamamu, asal berjalan disampingmu; itu merupakan hari terbaik bagiku. Untukmu? Aku tidak pernah tau. Penerimaan, ketulusan, kesetiaan dan keikhlasan menjadi pedoman yang terus kubawa agar kamu tetap menetap disini. Menjalani hari tanpa lelah dan menggenggam tanganku tanpa bosan.

Memang, dimusuhi karena perasaan yang tidak ada alasannya itu melelahkan. Mungkin saja saat ini kamu sedang merasakannya, bukan? Jika saja seorang pria mampu memahami setiap isi hati wanitanya, mengetahui tanpa harus diberitahu setiap keadaan hatinya, mungkin saja tidak akan pernah ada perdebatan dan kesalahpahaman. Dan jika saja seorang wanita tidak terlahir dengan segala rasa emosional yang lebih besar, mungkin pertengkaran bisa dihitung dengan jari. Tapi sayangnya itu hanya khayalku, kadar kemustahilannya terlalu tinggi hingga tak mampu aku raih.

Jika kamu masih mampu menetap disini, menjaga hati bersama dan menerima disetiap keadaan terlemahku. Tetap tinggallah. Aku memang bukan yang terbaik seperti mereka, tetapi aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kamu. Dan jelas aku berbeda dengan mereka, dan bisa ku pastikan bahwa tidak akan pernah ada yang bisa sama sepertiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar