Sebenarnya aku tidak pernah lupa
dari pertama kali kamu mengatakan cinta, mengatakan hal yang sama seperti yang
ku rasakan dulu. Sebenarnya aku tidak pernah lupa, setiap janji yang kamu ukir
dibilik memory ingatanku. Dari hal terkecil hingga hal-hal yang besar,
sebenarnya aku tidak pernah lupa untuk semua itu. aku tidak perlu bersikeras
untuk mengingat hal yang pernah kita lakukan dulu, karena secara otomatis
ingatanku sudah merekamnya dengan baik. Jadi jika aku rindu, aku tinggal
memutar rekaman itu dan menikmatinya; memang tidak terlihat oleh kasat mata
tapi terasa sampai relung hati.
Hingga sampai detik ini aku masih
berusaha untuk baik-baik saja, walau emosimu sering kali menggoyahkan
pertahananku. Sambil menulis ini pun aku masih berusaha baik-baik saja, meski
kalimat-kalimat itu terus berlalu lalang dilintasan fikiranku. Semakin aku
ingin melupakan hal itu, semakin aku berdarah dan terhempas dari keadaan ‘baik-baik
saja’. Jika saja jarak bisa ku taklukan, andai saja kamu bisa ku gapai dengan
begitu mudah. Mungkin saat ini aku sudah melebur ke dalam pelukanmu, menangis
dipundakmu dan meminta untuk sebentar saja disini. Kamu tidak perlu mengatakan apa-apa
dan jangan berbicara apapun. Cukup dengarkan aku, memelukku dengan erat dan
mengizinkan aku menangis untuk kali ini saja. Aku sudah begitu lelah untuk
berpura-pura dihadapanmu, bersikap bahwa hatiku sedang ‘tidak apa-apa’. Bicarapun
hanya akan menimbulkan persepsi berbeda yang akan memicu pertengkaran.
Jika saja aku punya sedikit
keberanian untuk mengungkapkan, mungkin kamu sudah kelelahan untuk mendengarkan
semua celoteh sampahku. Jangan tanyakan seberapa besar perasaan yang ada,
karena aku sudah tidak bisa menggambarkannya. Cobalah mengerti sedikit, cobalah
bersabar sedikit. Aku akan bercerita rasa yang menggelayut di fikiranku ini,
setelah aku bisa menguasai perasaaku hingga tidak ada airmata yang tumpah
dihadapanmu.
Dengan begitu, aku masih akan terlihat baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar