Kata mereka kamu tidak layak
berdampingan denganku. Menurut mereka kamu bukan yang terbaik. Bagi mereka aku
dan kamu tidak akan pernah bisa untuk bersatu. Sayangnya, aku tidak punya
peduli dengan semua omongan mereka itu. Katanya, bersama bukan tentang dua orang
saja tetapi tentang orang-orang disekitar juga.
Aku begitu terbawa dengan segala
drama yang terlihat didepan mataku. Aku begitu asyik merangkai semua impian
yang aku yakin akan terwujud tanpa ada yang meleset satupun. Namun aku hampir
lupa bahkan mungkin sudah lupa, bahwa semua rencana bisa saja berubah. Aku hampir
lupa bahwa disamping harapan selalu ada bayang-bayang kekecewaan yang
mengikuti. Aku hampir lupa bahwa semua kendali untuk menentukan itu semua tidak
ada padaku.
Salahku, aku terlalu yakin bahwa
kamu yang diciptakan Tuhan untuk mengisi semua kekuranganku. Salahku, aku
terlalu percaya bahwa kamu satu-satunya orang yang akan selalu menerima baik
dan burukku. Salahku, aku yang begitu menerima semua apa adanya kamu. Aku menutup
mata untuk semua hal yang tidak aku suka, aku menutup telinga untuk semua hal
yang aku benci untuk didengar, aku menutup mulut untuk semua perkataan yang
kufikir akan menyinggung perasaanmu. Salahku, aku terlalu mengkhawatirkan
keadaan hatimu tanpa pernah menengok sudah berapa kepingan-kepingan hatiku yang
patah. Salahku, aku terlalu mudah menutupi kekuranganmu didepan mereka. Memang cinta
harusnya begitu, tapi aku tidak pernah menduga akan begini.
Sekeras kepalanya kamu, setinggi
apapun egomu, sebanyak apapun kekurangan yang ada didalam dirimu. Aku terima
dengan baik hingga hati sudah terbiasa dan terbilang kebal. Dan akupun yakin
bahwa kamu juga mampu menerima semua kekuranganku tanpa ada keluhan. Sebelum di
malam itu aku masih yakin bahwa kamu adalah yang serasi, sebelum malam itu aku
masih yakin bahwa kebahagiaanmu adalah denganku, sebelum malam itu aku masih
yakin bahwa aku mampu menjadi yang terbaik dari yang baik untuk kamu.
Setelah malam itu, satu kalimat
begitu menamparku. Kamu membangunkan aku dari mimpi indahku, kamu menyadarkan
aku bahwa semua hanya khayalan belaka, kamu membuatku sadar bahwa posisiku
hanya tempat singgah; tidak pantas untuk kamu jadikan pemberhentian. Kamu memberitahukan
semua hal itu kepadaku dengan sangat hati-hati.
Semua orang berhak untuk memiliki
pendamping yang terbaik termasuk kamu. Kebahagiaanmu tidak bersamaku, jangan
pedulikan semua janji yang terlanjur terlontar. Biar janji itu tersimpan di
sudut ruang otak terpencil hingga aku sulit untuk mengingatnya lagi.
Bila kelak ternyata kita hidup
dalam rumah yang berbeda, kunjungi aku sebagai teman baik.
Dari yang pernah memimpikan
sebuah atap bersamamu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar