Rasanya
banyak orang yang selalu bersembunyi dibalik senyumnya. Rasanya banyak orang
yang selalu terlihat tegar tapi sebenarnya rapuh. Ya, sudah banyak
mereka-mereka yang aku jumpai dengan senyum menawan padahal dalam hatinya
menyimpan perih yang tidak semua orang tau. Dia lebih memilih menyimpannya
sendiri, agar semua terlihat baik-baik saja; agar orang disekitarnya tidak
perlu mengkhawatirkan bagaimana keadaan hatinya. Menelan kegetirannya sendiri,
dengan jalannya sendiri dan dengan pertolongan Tuhan saja dia meminta; dengan
sujud beralaskan sajadah saja cara untuk mengadu kepada Tuhan. Bukan meminta
agar semua yang dirasakan itu hilang, melainkan meminta agar hati akan terus
kuat sekuat baja dan setegar batu karang. Diterpa ombak sekencang apapun akan
tetap bertahan, ditiup angin sekencang apapun akan tetap berdiri kokoh.
Terkadang
saat semua usaha rasanya sudah digerakkan, airmata sudah lelah untuk tumpah dan
hati sudah sampai puncak untuk menahan. Satu-satunya cara terakhir untuk
bertahan adalah tetap tersenyum. Memang tersenyum saja belum bisa
menyelesaikan, setidaknya dengan tersenyum bisa meringankan keresahan dihati
dan menjernihkan suasana yang keruh. Keingintauan sebagian orang hanya mampu
memberikan solusi ala kadarnya; solusi yang mungkin sudah pernah orang lain
lakukan sebelumnya. Selebihnya hanya diri kita yang tau. Bagaimana perasaan
kita, apa yang menyebabkan perasaan kita resah, cara apa yang bisa menyejukkan
perasaan kita; itu semua hanya kita yang tau. Orang lain hanya bisa menilai
tapi tidak berhak untuk menjatuhkan.
Seorang
wanita memang identik dengan kepura-puraannya untuk bersikap baik-baik saja
sekalipun hatinya berantakan. Satu hal yang perlu diketahui bahwa itu memang
sudah kodratnya, dibalik kepura-puraannya ada kekuatan tersembunyi didalam. Yang
tidak pernah dimiliki oleh seorang laki-laki. Ketika dia menangis hanya karena
hal kecil, hanya karena dia mudah tersinggung, hanya karena sifat sensitifnya. Itu
bukan berlebihan. Itu hanya sebuah pembuktian bahwa wanita punya rasa yang
lembut. Lembut bukan berarti lemah. Lembut tapi tidak mudah dikalahkan. Mungkin
jika diadu dengan kekuatan fisik, pada akhirnya wanita memang tidak bisa juara.
Namun kekuatan hatinyalah yang bisa membuat sebuah perubahan, bahkan wanita
mampu mengobati luka hatinya sendiri. Tanpa perlu meminta seseorang untuk
mendampingi. Dan bahkan dari beberapa wanita yang aku jumpai dikehidupanku, mereka
mampu hidup sendiri dikala takdir memisahkan kekasih hidupnya untuk lebih dulu
meninggalkan. Salah satu hal yang membuat keterpurukan membekas adalah
kematian. Kematian atas pasangan hidup yang sudah bertahun-tahun bersamanya, tapi
kematian bukan alasan wanita untuk putus asa. Malah itu awal dimana semua
perubahan itu terbentuk. Harus mampu hidup sendiri tanpa adanya pasangan, harus
mampu menghidupi dirinya sendiri bersama generasinya, harus mampu merelakan
pasangan hidup yang tidak akan pernah kembali ke dunia, harus mampu membuat
hati seperti sedia kala; merelakan, mengikhlaskan, mengobati. Itu semua tidak
mudah bukan? Tetapi seorang wanita mampu melakukan semua hal itu.
Ketika
takdir kematian menuntut wanita untuk merubah hidupnya, dia tidak meminta untuk
dipertemukan dengan jodohnya yang lain. Yang dia ingin hanya bagaimana caranya
tetap bertahan ketika semua harus dilakukan sendiri, dan untuk masalah pasangan
hidup; sebagian besar wanita memilih untuk tetap setia. Karena mereka percaya,
meski raga didunia harus terpisah tetapi keabadian akan menyatukan mereka lagi
dialam yang berbeda.
Tidak
selamanya kata baik-baik saja selalu berarti baik-baik saja. Ingat, ada sakit
yang terselip disitu. Hargai pasangan meski sekecil apapun itu, karena
seburuk-buruknya pasangan pasti ada sisi baiknya. Sisi baik tidak harus selalu
dilihat dari banyaknya materi, dari rupawannya wajah tetapi ketulusan dan
kenyamanan itu lebih penting dan tidak bisa dibeli oleh apapun. Rawat perasaan
wanita dengan sangat hati-hati, karena perasaannya begitu lembut dan begitu
mudah patah. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar