Senin, 19 Januari 2015

Rinduku tak kenal waktu, ruang dan tempat


Dari awal kalimat yang ingin ku susun ini, sebenarnya aku masih tidak tau kalimat-kalimat apa yang akan aku lukiskan bersama tarian jemariku. Sebenarnya aku masih tidak tau, topik apa yang pas untuk ku tuliskan di barisan pertama ini. Hanya satu kata yang ku rasa sekarang; RINDU. Padahal 2 hari lalu kita baru saja bertatap muka kan? Padahal beberapa puluh jam yang lalu kita baru saja menghabiskan waktu bersama. Sekarang aku sudah merindukanmu (lagi), sekarang aku sudah menginginkanmu lagi berada disini, sekarang aku sudah ingin mengobrol denganmu lagi tanpa perantara apapun, sekaraaaang aku sudah ingin melihatmu lagi. Mungkin rinduku ini tak pernah kenal waktu, tempat bahkan ruang. Dengan seenaknya saja rindu datang sekalipun beberapa jam kamu baru saja berlalu. Secara tiba-tiba saja degup jantung berasa cepat kala aku mengingat tentangmu, lalu membuatku rindu ingin kehadiranmu. Aku tidak bisa menamakan rindu ini seperti apa, semua datang secara alami tanpa pernah aku pinta dan tanpa pernah aku usir pergi.

Kamu tenang saja, aku sudah punya cara untuk bertahan ditengah kerinduan seperti ini. Mungkin jika kamu fikir aku akan menangis karena merindukanmu; airmataku ini sudah habis hingga tidak bisa menangis lagi. Yang biasa ku lakukan jika aku rindu adalah berdo’a untuk ketentraman hidupmu, ketenangan hatimu dan kesentosaan jiwamu. Aku titip rinduku kepada angin biar ia yang membisikkan kata rindu itu kepadamu. Aku titip kebahagiaanmu kepada Tuhan, karena aku tau betul bahwa hanya Tuhan yang tau sekali apa yang bisa membahagiakanmu.

Apa kamu tau hari ini aku sudah mempelajari hal apa? hari ini aku sudah mempelajari bagaimana caranya dicintai dengan cara tidak memaksa. Meski begitu mencintai tapi harus selalu sadar bahwa didalam cinta tidak pernah ada pemaksaan. Rasa itu alami dan tidak ada yag dibuat-buat, rasa itu mengalir begitu saja tanpa diminta kapan, dengan siapa dan datangnya darimana. Begitupun denganku, menetap atau tidaknya kamu itu adalah suatu ukuran kualitas diriku apakah aku sudah pantas dicintai atau belum. Memang itu tidak mudah, melawan rasa cemburu; menahan rasa rindu; mengendalikan rasa amarah. 

Entah masih beberapa hari lagi aku bisa melihat senyummu, entah beberapa minggu lagi yang akan terus kulalui agar bisa melihatmu. Jika kamu ingin tau seberapa banyak rindu ini bersarang dihatiku, hitung saja denyut nadimu. Maka sebanyak itu pula denyut rinduku yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar