Rabu, 24 Juni 2015

Impian sederhanaku




Ini adalah impian sederhanaku. Gambar sederhana dengan berjuta kebahagiaan. Impian sederhana yang diam-diam selalu kuselipkan dalam do’a. Impian sederhana yang sudah ku bangun beberapa tahun lalu tanpa ada yang tau. Diamku bukan berarti aku tidak bermimpi hidup bersamamu, aku hanya lebih memilih fokus untuk mewujudkannya bukan melamunkannya. Namamu selalu ku bawa disetiap permohonanku kepada Tuhan, hanya namamu saja yang ku minta agar dijadikan masa depan. Sungguh, hanya namamu tak ada yang lain.

Ini adalah impian sederhanaku yang selalu ku Aamiinkan agar dapat menua bersamamu. Sampai kamu terbatuk-batuk karena sudah tua dan hanya ada aku yang mengambilkanmu minum serta melayanimu dengan baik. Sampai kita melihat anak-anak kita kelak tumbuh besar. Kamu tidak tau kan bahwa impianku sudah sebegini tingginya? Iya, aku memang tidak pernah bilang padamu karena aku terlalu khawatir jika diumbar-umbar impianku ini hanya akan menjadi angan.

Kuliahku sudah semester akhir, impianku terdekat adalah akan ada kamu di acara kelulusanku. Ada kamu ditengah-tengah keluargaku. Mempertahankan ikatan yang sudah berlangsung lama bukanlah hal yang gampang, tapi aku juga tidak mau kalah dengan sikap egoisku. Bertahan untuk dua orang yang selalu berbeda persepsi tidaklah mudah untuk mengatasinya apalagi dengan kilometer jarak yang menjadi penghalang, tapi aku juga tidak mau kalah dengan itu semua. Sebagaimana hal yang sudah kita yakini bahwa cinta kita lebih kuat dari apapun, sekalipun harus berkelahi dengan jarak pasti cinta kita yang akan menang. Aku yakini itu.

Percayalah, ini adalah impian sederhanaku. Mungkinkah kamu juga punya impian yang sama sepertiku? Impian yang akan kita ciptakan pada keluarga kecil kita kelak. Impian yang kita buat jadi nyata dihiasi dengan kebahagiaan didalamnya. Impian yang akan kita buat seunik mungkin hingga tak ada orang yang mampu menyamai kisah kita. Bukankah kita selalu ingin berbeda dari yang lain?

Aku sungguh ingin mewujudkannya. Dan pastinya mewujudkan bersamamu. Iya bersamamu, hanya bersamamu. :)

Selasa, 23 Juni 2015

Kamu (part 2)

Kekecewaan bukanlah hal baru bagimu apalagi sebabnya dikarenakan aku. Sudah tidak bisa dihitung berapa kali wanita biasa ini menyakiti hatimu, menggoreskan luka dan memberi noda pada ikatan panjang kita. Entah kenapa setiap usahaku menjadi yang terbaik selalu berujung pertengkaran. Niatku ingin menjadi apa yang kamu mau selalu disalahartikan. Lelaki yang sangat ingin aku bahagiakan malah ku goreskan hatinya dengan sikapku yang tidak bertanggung jawab. Lelaki yang sangat ingin aku genggam erat malah terus ku sakiti hingga kamu ingin lepas dari jeratan.

Bagiku kamu terlalu sempurna, bagiku kamu terlalu istimewa untuk diminta agar menerima segala kekuranganku. Pengorbananku belum seberapa dibanding kamu, rasaku belum sebesar seperti kamu. Jelas tidak heran jika pada akhirnya kamu lebih memilih meninggalkan aku dengan segala kekuranganku. Mungkin benar; usahaku agar selalu ada bagaimanapun keadaanmu itu salah. Membanggakanmu ditengah cacian mereka itu belum apa-apa. menjadikanmu prioritas itu tidak bisa disebut pengorbanan. Menunggu kabarmu, menunggu kehadiranmu itu adalah kekeliruanku. Bagimu aku tidak pernah melakukan apa apa selama hampir lima tahun ini. Jelas tidak heran jika pada akhirnya kamu lebih memilih orang lain yang kamu fikir lebih bisa membahagiakanmu.

Perkataanmu menyadarkanku bahwa aku ini belum apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dalam ikatan panjang kita yang hanya bisa ku lukis adalah airmata kekecewaan, bahkan setitik kebahagiaan saja belum bisa aku berikan. Entahlah, aku masih pantas disebut masa depanmu atau tidak. Entahlah, aku masih bisa disebut calon ibu dari anak-anakmu atau tidak. Cobalah berfikir masak-masak lagi untuk memilihku, karena aku tidak ingin mengecewakanmu lagi. Aku tidak bisa menyamakan persepsi kita, berharap kita saling melengkapi saja aku terlalu takut. 

Aku belum sebaik seperti yang kamu harapkan tapi akupun tidak seburuk seperti yang kamu fikirkan. Izinkan aku untuk bisa membahagiakanmu, bisa membuatmu tersenyum dan berhasil menyadarkan bahwa kamu bangga memilikiku. Aku masih menunggu kalimat itu, kalimat yang kamu nyatakan didepan teman-temanmu. Iya aku menunggu :). Tak peduli seberapa lama, tak peduli seberapa sulit aku akan tetap berusaha keras. Sekalipun usahaku tak pernah terlihat dimatamu, aku yakin suatu saat nanti perlahan Tuhan akan membukakan mata hatimu dan akan segera sadar bahwa rasa yang ku punya tidak semain-main seperti apa yang kamu simpulkan. Aku hanya berdo’a semoga waktu kesadaranmu kelak bukan disaat kita telah berjalan pada tujuan masing-masing. 

Harapanku masih besar kepadamu, kelak kita bisa saling melengkapi tanpa ada kata “tapi”. Sore ini aku ingin sekali mendengar bahwa kamu mempunyai harapan yang sama sepertiku, tapi sepertinya itu hanya akan menjadi anganku saja. Jangan tanya alasan kenapa aku mau bertahan sebegini kerasnya, bagiku tak ada yang berhak memisahkan kita selain Tuhan karena atas rencana Tuhan lah yang telah membawamu ke dalam hidupku.

Kelak kamu akan berjodoh denganku atau tidak, do’a ku untuk kebahagiaanmu tidak pernah pupus. Memang harusnya aku tidak meminta timbal balik atas apa yang sudah ku lakukan, benar katamu bahwa cinta itu harusnya tanpa pamrih.


Cukup soreku saja yang sendu, kebahagiaanmu jangan…

Jumat, 19 Juni 2015

Jangan pernah lelah

Membuka sosial media sudah menjadi rutinitasku yang tidak bisa aku lewati. Berita masa kini, kegalauan remaja masa kini sudah menjadi bacaanku setiap hari. Pagi ini aku membaca status yang terbilang miris, status yang membuatku merinding dan membuatku ingin sekali menghibur. Apalagi jika bukan cerita seorang wanita yang dikhianati. Aku baca perlahan-lahan kata demi kata yang tertulis, ada kesan memaksa disana. Memaksa bibir untuk tetap tersenyum, memaksa wajah agar tetap bahagia, memaksa diri agar tetap terlihat baik-baik saja. Padahal setauku, tak ada orang yang baik-baik saja ketika kehilangan sesuatu yang amat ia sayangi. Apalagi kehilangan seseorang yang sudah terlanjur masuk dalam ‘list’ impian kita. Takkan pernah ada.


Aku masih heran dengan mereka yang rela meninggalkan kekasihnya demi wanita yang lebih menarik dipandang. Aku masih begitu heran dengan mereka yang rela membiaskan semua perasaan cinta demi wanita yang baru dikenalnya dalam hitungan waktu. Janji yang pernah ada terpaksa menjadi busuk, impian yang sudah dibangun menjadi hancur, dan semangat untuk mengejarnya sudah menjadi layu. Kini semua hanya tinggal kenangan dan hanya akan ada tangisan yang menemani dibeberapa malam terakhir sebelum hati memutuskan untuk bangkit. Tak apa jika airmata masih terasa dangkal, tak apa jika hati masih terasa begitu perih, tak apa jika luka masih berdarah-darah. Semua membutuhkan proses. Proseslah yang akan mendewasakanmu.


Menangislah jika memang harus menangis. Tapi jangan pernah menyesal dengan keadaan yang sudah terjadi. Jika selama ini kamu selalu berdo’a agar Tuhan menjauhkanmu dari orang-orang jahat, mungkin inilah jawabannya. Dia yang kamu cinta tidak lain adalah seorang pendusta, dan seorang pendusta tidak layak disandingkan dengan wanita sebaik kamu. Percayalah dengan kalimat, “wanita baik untuk laki-laki baik, begitupun sebaliknya”. Maka, jangan pernah berkecil hati untuk urusan dicinta dan mencintai. Kamu boleh merasa lelah tetapi tidak ada alasan untuk menyerah. Ini hanya cara kecil Tuhan menyadarkanmu bahwa lelaki yang baik sedang menujumu. Iya sedang menujumu. 


Tak usah berpura-pura kuat, karena menangis adalah hal yang wajar bagi setiap wanita. Wanita yang kuat tidak dilihat dari seberapa jarang dia menumpahkan masalah lewat airmata, tetapi dia yang tak pernah menyerah untuk bangkit meski sudah jatuh berkali-kali. Dan wanita yang cerdas adalah wanita yang tak pernah mau jatuh dalam lubang yang sama. Jangan pernah sesali cinta yang pernah ada, karena tanpa dia kamu takkan pernah belajar sesabar ini. Jangan pernah sesali keberadaannya yang pernah mengisi hari-harimu, karena tanpa dia kamu takkan pernah merasakan indahnya berbagi. 


Bagiku, semua orang berpeluang untuk berkhianat. Tinggal bagaimana caranya mereka mengendalikan ego diri sendiri untuk tetap tinggal pada satu hati. Anggap saja dia yang berkhianat itu belum tau indahnya hidup hanya pada satu hati; hanya pada satu tulang rusuk. 


Jangan pernah lelah untuk bangkit, teman. Karena kamu pantas untuk lelaki yang akan  menjadikanmu satu-satunya wanita dimuka bumi ini setelah ibu dan saudara perempuannya.

Kamis, 11 Juni 2015

Pulanglah!


Hari ini tidak ada perubahan. Masih dingin dan beku. Entah apa lagi yang harus ku lakukan agar semuanya kembali ke titik awal. Pertahananku mulai mengendur dan airmataku sedikit mengering. Saat dinginnya malam membius tulang, kenangan manis kita datang bergerombolan semakin membuat rindu. Sudah lama sekali kita tidak bercanda, tidak membuat kegaduhan yang membuat orang lain terheran-heran menatap kita. Aku begitu merindukan masa itu. Masa dimana kamu sepertinya begitu menyayangiku, begitu tidak ingin kehilanganku.

Dari sikap dingin dan acuhmu itu, aku tidak paham apakah itu benar-benar sikapmu dari dalam hati atau hanya sandiwara saja. Mau bagaimanapun itu, pulanglah cepat ke dalam pelukanku.

Aku tau kamu tidak akan pernah membaca tulisanku yang absurd ini, tapi cobalah rasakan kerinduan yang sudah memuncak ini. Itupun jika rasamu masih sama seperti dulu. Aku hanya membutuhkan kepastian. Jika ingin tetap bersama dan mewujudkan cita bersama, kembalilah seperti semula. Jika tidak, entahlah~~

Hati ini masih terbuka, jika dilain waktu kamu berubah fikiran untuk memilih kembali pulang. Pulanglah dengan hatimu bukan dengan amarah dan keterpaksaanmu.

Rabu, 10 Juni 2015

Do’a tersembunyi


Tak pernah lepas namamu selalu ku bawa dalam setiap do’a. Mungkin dulu do’a yang ku panjatkan selalu memaksakan agar kamulah nama yang tertulis dalam lauhul mahfudz, agar kamulah calon imam yang akan membimbingku dalam keluarga kecil kita kelak. Aku terlalu memaksa Tuhan agar dapat mengabulkan do’aku tanpa pernah memikirkan kembali apakah kamu memiliki harapan yang sama atau tidak. Dulu aku masih sangat egois.

Sekarang aku sudah mengerti bahwa dalam sebuah hubungan harus merasakan bahagia, harus saling membahagiakan. Bukan untuk satu orang saja tetapi untuk keduanya. Dalam setiap perubahan yang ada hanya satu yang tidak pernah berubah; namamu tidak pernah lekang dalam do’a malamku. Bedanya saat ini aku tidak lagi memaksa agar aku berjodoh denganmu, kali ini aku memaksa agar kamu bahagia dengan kehidupanmu dengan atau tanpa aku. Beberapa bulan lalu kamu pernah bilang bahwa kamu bisa bahagia tanpaku, meski itu hanya emosi sesaat tetapi aku Aamiin-kan. Bukan karena aku tidak ingin bahagia denganmu, hanya saja aku tau bahwa pada saat itu kamu akan lebih bahagia tanpaku. Tak perlu khawatir, saat yang lain meninggalkanmu dalam kondisi terburuk; ada aku yang bersedia untuk mengisi kesepianmu. Tak perlu khawatir, saat yang lain gerah mendengar semua amarahmu; akan ada aku yang setia menjadi tempat emosimu. Aku bodoh? Bukan. Ini caraku mencintaimu. Bukankah ini satu-satunya cara mencintai yang begitu manis? Do’a mendekatkan kita saat jarak terasa jauh membentang.  Terserah orang lain mau bilang apa, yang aku tau bahwa saat ini aku ingin menjadi yang terbaik untukmu.

Aku tau, sayang. Semua orang bisa saja berubah termasuk kamu. Dan meski aku sudah begitu sadar dengan posisiku saat ini, aku masih menguatkan hatiku dengan terus membaca pesan singkatmu yang manis. Meski kadar kebutuhanmu terhadapku sudah dapat ku ukur, aku masih mempertahankan sebisa ku menahan perih. Tidak apa apa, tidak apa apa sayang. Aku akan baik-baik saja. Apapun yang akan kamu lakukan, aku akan baik-baik saja. Rasa yang ada saat ini adalah wujud bahwa Tuhan masih mempercayakanmu untuk menjadi satu-satunya lelaki yang aku cintai setelah ayah dan adikku. Aku sangat percaya bahwa rasa ini ada untuk sebuah alasan. Entah untuk berujung ke pelaminan atau hanya untuk pembelajaranku saja. Aku tidak ingin memusingkan itu, yang aku ingin hanya membuatmu bahagia dan bangga memilikiku.

Namun, dengar ya sayang. Jika usahaku nanti tidak ternilai untukmu dan jika Tuhan memberhentikan langkahku untuk memperjuangkanmu. Jangan salahkan keadaan, aku atau dirimu sendiri. Karena boleh jadi pemberhentian langkahku nanti adalah awal untuk kebahagiaanmu.

Baiklah, sekarang akan ku jelaskan aku ini siapa. Wanita yang sedang bersamamu saat ini adalah wanita biasa yang sedang belajar hidup syukur, ikhlas dan sabar. Wanita yang selalu kamu sebut namanya dulu, wanita yang selalu kamu banggakan dulu, wanita yang selalu kamu janjikan untuk setia, wanita yang kamu yakin bisa membahagiakanmu. Itu dulu dan sekarang sudah berubah. Wanita yang telah bersamamu selama hampir lima tahun ini hanya wanita biasa dimatamu, wanita yang begitu merepotkan, wanita yang menyebalkan, wanita yang penuh aturan, wanita yang membosankan, wanita yang kamu bilang bisanya hanya mempermainkan. Betulkah?

Bahkan mencintaimu bukanlah kekeliruanku. Kekeliruanku adalah ketika kamu meletakkan pada deretan pilihan, sedangkan aku hanya menempatkanmu pada satu tempat dan hanya satu-satunya saja. Demi kamu aku akan terus terlihat bahagia, dan biarkan do’a yang tersembunyi ini menjadi teman malamku ketika aku merindukan pelukan hangat seperti dulu. :)