Selasa, 23 Juni 2015

Kamu (part 2)

Kekecewaan bukanlah hal baru bagimu apalagi sebabnya dikarenakan aku. Sudah tidak bisa dihitung berapa kali wanita biasa ini menyakiti hatimu, menggoreskan luka dan memberi noda pada ikatan panjang kita. Entah kenapa setiap usahaku menjadi yang terbaik selalu berujung pertengkaran. Niatku ingin menjadi apa yang kamu mau selalu disalahartikan. Lelaki yang sangat ingin aku bahagiakan malah ku goreskan hatinya dengan sikapku yang tidak bertanggung jawab. Lelaki yang sangat ingin aku genggam erat malah terus ku sakiti hingga kamu ingin lepas dari jeratan.

Bagiku kamu terlalu sempurna, bagiku kamu terlalu istimewa untuk diminta agar menerima segala kekuranganku. Pengorbananku belum seberapa dibanding kamu, rasaku belum sebesar seperti kamu. Jelas tidak heran jika pada akhirnya kamu lebih memilih meninggalkan aku dengan segala kekuranganku. Mungkin benar; usahaku agar selalu ada bagaimanapun keadaanmu itu salah. Membanggakanmu ditengah cacian mereka itu belum apa-apa. menjadikanmu prioritas itu tidak bisa disebut pengorbanan. Menunggu kabarmu, menunggu kehadiranmu itu adalah kekeliruanku. Bagimu aku tidak pernah melakukan apa apa selama hampir lima tahun ini. Jelas tidak heran jika pada akhirnya kamu lebih memilih orang lain yang kamu fikir lebih bisa membahagiakanmu.

Perkataanmu menyadarkanku bahwa aku ini belum apa-apa dan bukan siapa-siapa. Dalam ikatan panjang kita yang hanya bisa ku lukis adalah airmata kekecewaan, bahkan setitik kebahagiaan saja belum bisa aku berikan. Entahlah, aku masih pantas disebut masa depanmu atau tidak. Entahlah, aku masih bisa disebut calon ibu dari anak-anakmu atau tidak. Cobalah berfikir masak-masak lagi untuk memilihku, karena aku tidak ingin mengecewakanmu lagi. Aku tidak bisa menyamakan persepsi kita, berharap kita saling melengkapi saja aku terlalu takut. 

Aku belum sebaik seperti yang kamu harapkan tapi akupun tidak seburuk seperti yang kamu fikirkan. Izinkan aku untuk bisa membahagiakanmu, bisa membuatmu tersenyum dan berhasil menyadarkan bahwa kamu bangga memilikiku. Aku masih menunggu kalimat itu, kalimat yang kamu nyatakan didepan teman-temanmu. Iya aku menunggu :). Tak peduli seberapa lama, tak peduli seberapa sulit aku akan tetap berusaha keras. Sekalipun usahaku tak pernah terlihat dimatamu, aku yakin suatu saat nanti perlahan Tuhan akan membukakan mata hatimu dan akan segera sadar bahwa rasa yang ku punya tidak semain-main seperti apa yang kamu simpulkan. Aku hanya berdo’a semoga waktu kesadaranmu kelak bukan disaat kita telah berjalan pada tujuan masing-masing. 

Harapanku masih besar kepadamu, kelak kita bisa saling melengkapi tanpa ada kata “tapi”. Sore ini aku ingin sekali mendengar bahwa kamu mempunyai harapan yang sama sepertiku, tapi sepertinya itu hanya akan menjadi anganku saja. Jangan tanya alasan kenapa aku mau bertahan sebegini kerasnya, bagiku tak ada yang berhak memisahkan kita selain Tuhan karena atas rencana Tuhan lah yang telah membawamu ke dalam hidupku.

Kelak kamu akan berjodoh denganku atau tidak, do’a ku untuk kebahagiaanmu tidak pernah pupus. Memang harusnya aku tidak meminta timbal balik atas apa yang sudah ku lakukan, benar katamu bahwa cinta itu harusnya tanpa pamrih.


Cukup soreku saja yang sendu, kebahagiaanmu jangan…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar