Rabu, 18 Juni 2014

Aku bukan malaikat

Kita sungguh berbeda dengan mereka, aku pelajari perbedaan itu ketika aku memutuskan untuk memahami kamu lebih jauh dalam sebuah ikatan. Komitmen akan tetap menjadi komitmen, dengan didasari ketulusan dan perjuangan yang tidak mudah. Salah? Jika suatu hari saya begitu iri dengan kehangatan mereka yang bisa didapatkan dalam hitungan jam. Salah? Jika suatu saat saya begitu ingin seperti mereka, kamu datang ketika aku rindu; kamu ada ketika hati diambang kemarahan; kamu hadir ketika rasa cemburu menghantam tak terkendalikan. Aku bukan malaikat. 

Kamu bilang; amarah yang meledak-ledak itu sifatmu. Kamu bilang; perkataan ngawur yang selalu kamu lontarkan ditengah perdebatan kita merupakan salah satu karakteristikmu. Kamu bilang; aku bisa pergi jika aku tidak bisa menerimamu. Dengarkan ini ya, jika aku ingin pergi. Aku sudah pergi dari beberapa tahun yang lalu. Jika aku mau, aku sudah memutuskan untuk menutup hati dan menyembuhkan luka karena kamu. Tapi lihat; aku masih disini. Karena aku ingin menyadarkan bahwa didalam komitmen harus ada keikhlasan untuk menerima keburukan satu sama lain, karena didalam komitmen harus ada unsur untuk mengingatkan jika salah satu berbuat salah.

Aku mencoba menerima segala kelemahan dan menutupi dengan segudang kelebihan. Pertemuan kita yang bisa dihitung jari ini, seringkali membuatku bertanya; apakah aku ini hanya persinggahan atau pemberhentianmu? Apakah aku ini satu-satunya atau hanya menjadi salah satunya? Salah jika aku punya ketakutan seperti itu? aku tidak pernah tau dengan siapa saja kamu disana; sedang apa kamu dimana; apakah selama ini yang kamu katakan selalu benar atau hanya dusta yang ada. Hey, aku tidak pernah tau kebenaran semua itu. Memang, kamu benar bahwa unsur penting dalam sebuah komitmen adalah kepercayaan. Tapi aku bukan malaikat, sayang. Ada saatnya dimana aku merasa cemas dengan  kamu, ketika kecemasan itu ada bukan perdebatan yang aku ingin tapi keyakinan.

Pada akhirnya aku tidak ingin menyerah hanya karena kebodohanku, kamu yang aku pertahankan akan lepas karena ulahku. Kenapa kita tidak memutuskan untuk saling menerima saja? menerima segala kelemahan dan mengisi hingga menjadi kesempurnaan. Aku saja mencoba untuk menerima meski memang itu sulit, kenapa kamu tidak mencoba untuk menerima juga? tapi sayang, jika saat ini kebahagiaan kamu dan penerimaan kamu bukan ditujukan untuk aku. Aku akan pergi jika kamu yang meminta.

Hentikan drama konyol ini, aku ingin kembali ke alam nyata. Dimana kita masih baik-baik saja, dimana kita masih saling memperjuangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar