Kita
sungguh berbeda dengan mereka, aku pelajari perbedaan itu ketika aku memutuskan
untuk memahami kamu lebih jauh dalam sebuah ikatan. Komitmen akan tetap menjadi
komitmen, dengan didasari ketulusan dan perjuangan yang tidak mudah. Salah?
Jika suatu hari saya begitu iri dengan kehangatan mereka yang bisa didapatkan
dalam hitungan jam. Salah? Jika suatu saat saya begitu ingin seperti mereka,
kamu datang ketika aku rindu; kamu ada ketika hati diambang kemarahan; kamu
hadir ketika rasa cemburu menghantam tak terkendalikan. Aku bukan malaikat.
Kamu
bilang; amarah yang meledak-ledak itu sifatmu. Kamu bilang; perkataan ngawur
yang selalu kamu lontarkan ditengah perdebatan kita merupakan salah satu
karakteristikmu. Kamu bilang; aku bisa pergi jika aku tidak bisa menerimamu.
Dengarkan ini ya, jika aku ingin pergi. Aku sudah pergi dari beberapa tahun
yang lalu. Jika aku mau, aku sudah memutuskan untuk menutup hati dan
menyembuhkan luka karena kamu. Tapi lihat; aku masih disini. Karena aku ingin
menyadarkan bahwa didalam komitmen harus ada keikhlasan untuk menerima
keburukan satu sama lain, karena didalam komitmen harus ada unsur untuk
mengingatkan jika salah satu berbuat salah.
Aku
mencoba menerima segala kelemahan dan menutupi dengan segudang kelebihan.
Pertemuan kita yang bisa dihitung jari ini, seringkali membuatku bertanya;
apakah aku ini hanya persinggahan atau pemberhentianmu? Apakah aku ini
satu-satunya atau hanya menjadi salah satunya? Salah jika aku punya ketakutan
seperti itu? aku tidak pernah tau dengan siapa saja kamu disana; sedang apa
kamu dimana; apakah selama ini yang kamu katakan selalu benar atau hanya dusta
yang ada. Hey, aku tidak pernah tau kebenaran semua itu. Memang, kamu benar
bahwa unsur penting dalam sebuah komitmen adalah kepercayaan. Tapi aku bukan
malaikat, sayang. Ada saatnya dimana aku merasa cemas dengan kamu, ketika kecemasan itu ada bukan
perdebatan yang aku ingin tapi keyakinan.
Pada
akhirnya aku tidak ingin menyerah hanya karena kebodohanku, kamu yang aku pertahankan
akan lepas karena ulahku. Kenapa kita tidak memutuskan untuk saling menerima
saja? menerima segala kelemahan dan mengisi hingga menjadi kesempurnaan. Aku
saja mencoba untuk menerima meski memang itu sulit, kenapa kamu tidak mencoba
untuk menerima juga? tapi sayang, jika saat ini kebahagiaan kamu dan penerimaan
kamu bukan ditujukan untuk aku. Aku akan pergi jika kamu yang meminta.
Hentikan drama konyol ini, aku ingin kembali ke alam nyata. Dimana kita
masih baik-baik saja, dimana kita masih saling memperjuangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar