Senin, 10 Agustus 2015

Perhatian


Aku bisa memendam cinta beberapa tahun lamanya, tapi hati tidak bisa memendam cemburu barang semenit saja. Mulutku bisa menahan tidak mengucapkan, “I love you” bahkan untuk sewindu lamanya, tapi wajahku tak bisa memakai topeng ‘tersenyum’ ketika datang kecewaku. Aku bisa menguatkan diriku dari banyak hantaman luka, tapi hati tidak bisa sedikitpun mengelak jika perasaan bilang ada yang tidak beres.
 
Bukan maksud hati tidak ingin memberitahu bahkan berbohong, aku hanya tidak ingin merusak moment bahagia yang sedang berjalan. Aku tau meski seribu kali aku mengatakan baik-baik saja, kamu akan tetap menyadari bahwa ada perihal yang berbeda dari keseharianku. Aku sedikit murung, tak lagi senyum, bahkan bicarapun sekadarnya saja.
 
Dengarkan. Aku wanita dan diapun seorang wanita. Aku tau rasanya diberi perhatian lebih pada seorang laki-laki meski itu hanya berstatus kawan, meski kamu selalu mengatakan bahwa itu hanya biasa saja bukan bentuk dari sebuah perhatian. Bagaimana mungkin aku tidak cemburu? Jika beberapa perhatian yang kamu lakukan padaku juga kamu lakukan pada orang lain. Hati wanita mana yang tidak bertanya-tanya? Ketika membaca percakapan singkat antara dua orang manusia yang saling memberi perhatian. Bagimu mungkin ini berlebihan dan hal sepele, tapi tidak bagiku.
 
Coba ingat-ingat lagi, bagaimana kita bisa mencapai pada tahap ini? Perjalanan yang sudah terjalin erat ini diawali dengan pertemanan dan berlanjut pada perhatian, bukan? Bagaimana mungkin wajahku bisa tersenyum bahagia sedangkan dalam hatiku gusar dengan seribu tanda tanya.
 
Menjaga perasaan pasangan yang jauh dimata mungkin perlu. Meski yang kamu lakukan terbilang biasa, belum tentu bagi orang lain adalah hal biasa. Cukup sikap manismu untuk satu wanita saja, bukan untuk setiap wanita. Rasanya tidak adil jika hanya dia yang serius menjaga perasaan, sedangkan kamu tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar